Jodoh Jarak Jauh Menurut Islam | LDR Berat Bro Sis
Jodoh jarak jauh menurut Islam, bagaimana agama Islam membahas jodoh jarak jauh? Karena sesungguhnya jodoh adalah salah satu dari sekian banyak rahasia Tuhan. Seperti halnya rezeki dan ajal, jodoh termasuk misteri Ilahi yang bisa terungkap dengan usaha dan doa.
Karena termasuk rahasia Allah, maka bisa diartikan bahwa kita harus berusaha dengan baik, dengan niat yang baik, dan dengan harap yang baik pula.
Di antara proses menjemput jodoh, ada sebagian orang sedang penjajakan dengan orang yang jaraknya berjauhan. Ada yang beda kota dalam provinsi. Ada yang beda provinsi. Juga ada yang beda pulau. Bahkan ada yang penjajakan dengan orang luar negeri.
Jodoh Jarak Jauh Menurut Islam, Kini Sarana Komunikasi Begitu Mudah dan Murah
Karena sekarang ini komunikasi memang bisa menjangkau seluruh dunia hanya dalam hitungan detik dengan media sosial. Orang bisa video call atau telekonferensi secara langsung dengan orang di luar negeri atau luar kota.
Lalu bagaimana dengan jodoh jarak jauh menurut Islam? Karena sesungguhnya suami istri itu diibaratkan pakaian bagi satu sama lain.
Allah Swt. berfirman, “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari di bulan Ramadhan bercampur dengan istri-istrimu, mereka adalah pakaian bagi kalian, dan kalian pun pakaian bagi mereka…” (QS. Al Baqarah 187).
Nasihat Ustadz Abdul Shomad Tentang Peran Istri dan Peran Suami Yang Sebenarnya
Ustadz Abdul Shomad pernah menjelaskan (dikutip dari video reels @pemvda.hijrah tanggal 21 Mei 2024), “Kamu yang kedinginan, maka datanglah pakaian yang menghangatkan. Kamu yang kepanasan, hadirlah pakaian untuk menenangkan (membuat adem).”
“Ini adalah fitrah perempuan. Dia menenangkan suaminya. Betapa banyak laki-laki yang sedang emosional kemudian bisa ditenangkan oleh pawangnya, yaitu oleh perempuan. Ini salah satu kelebihan Perempuan. Tapi jika ada wanita atau istri malah memanas-manasi suaminya atau memprovokasi suami tentang kondisi rumah tangganya, maka itu sudah keluar dari fitrahnya.”
Lalu bagaimana dengan jodoh jarak jauh menurut Islam?
Karena suami istri itu ibarat pakaian yang saling melindungi dan saling menghangatkan, maka Islam menganjurkan suami istri tinggal secara mandiri dalam satu tempat tinggal.
Kalau pun harus salah satu harus tugas kerja, maka tidak lebih dari empat bulan. Ada pendapat lain, Islam membatasi berjauhan maksimal enam bulan.
Hal ini didasarkan kebijakan pemimpin Islam ketiga atau Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Suatu malam, Umar patroli di pemukiman kaum muslimin. Sudah menjadi kebiasaan Umar bahwa ia rutin melakukan patroli sendirian untuk mengecek kondisi rakyatnya.
Baca juga: Testimoni taaruf, Tips Samawa dari Pebisnis
Kisah Nyata Di Zaman Sahabat Nabi Jodoh Jarak jauh Menurut Islam
Malam yang sunyi itu Umar melewati pemukiman dan sayup-sayup terdengar wanita sedang melantunkan syair kesedihan.
Malam ini terasa panjang berujung kelam
Tidurku tidak lena karena tak ada kekasih yang menemaniku bermain
Demi Allah, andai bukan karena Allah, yang mengawasiku’
Niscaya ujung-ujung dipan ini akan bergoncang
Umar pun kemudian teringat dengan para mujahidin yang sedang bertugas di negeri yang jauh, meninggalkan keluarga dan istrinya di rumah. Wanita ini telah kesepian karena suami bertugas jauh dan lama. Dia bersabar dan tetap menjaga kehormatan dirinya dan menjaga nama baik suaminya.
Malam itu Umar pun mendatangi Hafsah, putrinya yang juga istri Rasulullah Muhammad saw. Ia bertanya, “Wahai Hafsah, berapa lama seorang wanita sanggup bersabar tidak berkumpul dengan suaminya?”
“Empat atau enam bulan, Ayah.”
“Kalau begitu, aku tidak akan menahan pasukan lebih dari itu.” (Riwayat Malik dari Abdullah bin Dinar).
Di riwayat lain, Umar bertanya, “Wahai Hafsah, berapa lama wanita menahan rindu terhadap suaminya?”
Namun Hafsah tidak segera menjawab pertanyaan ayahnya itu. Hafsah merasa malu menjelaskan hal sensitif dan privat seperti ini.
Lalu Umar mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak malu menjelaskan kebenaran.” Ungkapan ini berasal dari surat Al Ahzab ayat 53.
Jodoh jarak jauh menurut Islam, Segini Batasan lamanya LDR atau LDM
Hafsah hanya memberi isyarat dengan jarinya, yang maknanya tiga atau empat bulan. Kemudian Umar memberi perintah kepada para komandan jihad agar pasukan tidak boleh bertugas jauh dari rumah lebih dari tiga bulan atau empat bulan berturut-turut.
Ini menjadi panduan menurut Islam. Bahwa Long Distance Relationship (LDR) atau Long Distance Marriage tidak boleh lebih dari tiga atau empat terturut-turut lamanya. Bukanlah termasuk pernikahan yang sehat jika suami istri berjauhan selama empat bulan atau lebih lamanya.
Baca juga: Testimoni, Bisa Move on Setelah Batal Nikah Jelang Hari H
Nikah Itu Makan Semeja, Tak Masalah Terlihat Miskin
Karena suami istri itu saling menghangatkan dan saling menenangkan. Jika melebihi batas menurut Islam, hasrat syahwat suami dan istri sangat sulit dibendung dan mudah tersulut percikan hawa nafsu di tempatnya masing-masing. Bukankah tiap manusia di-install oleh Allah dengan hawa nafsu dan hanya disalurkan melalui pasangan halalnya saja?
Dalam sebuah adegan drama Korea Narco-Saints, ada dialog yang sesuai dengan jodoh jarak jauh ini. “Berumah tangga itu bertemu setiap saat dan makan semeja bersama. Tak masalah terlihat miskin, asal bisa makan bersama.”
Baca juga: Testimoni Taaruf, Nyaris Batal Nikah Karena Problem Keluarga
Tak Masalah Makan Dimana, Yang Penting Makan Dengan Siapa
Di Sitkom Mimpi Metropolitan yang pernah ditayangkan Net TV, pemeran Melani (Fardilah Yoshi) pernah mengungkapkan kalimat senada. Dalam adegan itu, Bambang (Mad Kucil) sedang makan bersama Melani di gerobak Bakso Kaki Lima. “Maaf ya Mel, cuma makan bakso di kaki lima.”
Melani dengan tersenyum menjawab, “Tak penting makan dimana, yang paling penting itu makan bersama siapa.”
Baca juga: Testimoni taaruf Ngaji Jodoh Antara Nanda dan Rizal
Foto: pixabay