SMP Lulus Menikah Mulus | Testimoni

beach wedding nikah taaruf

Laki-laki dan perempuan tidaklah sama. Punya ciri khas dan karakter masing-masing. Namun di situlah indahnya pernikahan. Perbedaan keduanya jadi indah dan keduanya saling melengkapi satu sama lain.

“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka” (QS. Al Baqarah 187). Betapa indah Allah menggambarkan ikatan pernikahan.

Suami menjadi pakaian bagi istri dan begitu pula istri terhadap suami. Saling memperindah dan menutupi aurat masing-masing.

Perlakuan Berbeda Antara Pria vs Wanita Dalam Taaruf

Dengan keindahan ini, Tim Ngaji Jodoh berusaha melakukan pendampingan yang berbeda antara peserta pria dan wanita.

Agar masing-masing pihak merasa nyaman selama taaruf sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Supaya beroleh hasil taaruf yang lebih menenangkan (sakinah) dan diliputi keikhlasan.

Di antara 23 pasangan menikah (hingga Januari 2023) di Ngaji Jodoh, ada satu pasutri yang mengungkap betapa perbedaan antara pria dan wanita butuh pendekatan yang berbeda pula dalam menapaki proses taaruf. (Baca juga: Perbedaan Pacaran dan Taaruf)

Cara Pandang Pria Vs Wanita Dalam Menilai Calon

Kaum pria -lazimnya- hanya membutuhkan (calon) istri yang enak dipandang dan menerima apa adanya. Sedangkan para wanita punya keinginan yang -umumnya- lebih banyak dan lebih detil kriterianya daripada para pria.

Seperti yang dituturkan Mbak Nani (bukan nama sebenarnya) di bawah ini. Nani menikah dengan Boim (bukan nama sebenarnya) pada 30 Juni 2019.

Mereka adalah pasangan ke-9 di Ngaji Jodoh, sejak pertama kami berkiprah sejak 2013. Nani berasal dari Pacitan dan bekerja di Surabaya, sedangkan Boim memang arek Suroboyo.

Testimoni dari Pasangan Ke-9

Mbak Nani menceritakan bagaimana perasaan dan kesannya selama mengikuti taaruf dengan Mas Boim.

###

Kesan saya ketika taaruf dulu: Allah mudahkan prosesnya.

Sebelumnya taaruf dengan tim Ngaji Jodoh, saya sering bersilaturrahim ke Ustadz Achmad Syukron (pembina Ngaji Jodoh). Sebenarnya saya berkali-kali menjalani taaruf namun belum membuahkan hasil.

Lalu saya kenal Mbak Rati. Saya ikut kajian Islam bersama Mbak Rati. Di aini adik ipar Ustadz Achmad Syukron. Saya pun silaturrahim ke Ustadz Achmad Syukron ditemani Mbak Rati.

Kedatangan saya bermula dari ada seseorang yang ingin bertaaruf dengan saya, dikenalkan teman kerja. Kemudian saya mohon bantuan Ustadz Syukron untuk menjadi fasilitator kami, karena orang tua saya di Pacitan. (Baca juga: Testimoni Taaruf | Cari Solusi & Nasihat Jelang Nikah)

Begini Cara Menilai Kesungguhan Seorang Pria

Saya pun mempercayakan Ustadz Syukron sebagai ganti orang tua saya, untuk menilai kesungguhan niatan laki-laki tersebut. Ternyata, setelah beberapa waktu, Ustadz Syukron menyarankan agar menyudahi proses itu. “Etikanya kurang baik,” begitu hasil pengenalan dari ustadz terhadap si pria.

“Kesungguhan untuk menikahnya kurang jelas, karena diminta hadir juga tidak datang dan tidak menyampaikan alasannya,” beber ustadz.

Saya pun berhenti berproses dengan laki-laki tersebut. Sebetulnya setelah dihentikan taaruf itu, dia masih sering chat WA tetapi saya abaikan. Bahkan akhirnya saya blokir nomornya karena chat-nya sangat mengganggu.

Selang beberapa bulan setelah proses tersebut, saya silaturrahim ke Ustadz lagi. Saya ceritakan kalau saya hendak dikenalkan seorang teman dengan seseorang. Saya mohon bantuan ustadz lagi.

Namun rencana itu gagal. Ternyata si laki-laki tersebut tidak mau difasilitatori oleh ustadz. Inginnya kenalan sendiri. Akhirnya saya mengakhiri proses tersebut. (baca juga: Mengapa Pcararan berbahaya Bagi Perempuan)

Hal Ini yang Biasanya Ditanyakan Calon Mertua

Selang sekitar dua bulan dari proses tersebut, tiba-tiba saya dapat chat dari Mbak Rati. “Dik, ada biodata ikhwan, coba samepeyan baca dulu, dari Ustadz Syukron.” Itu awal taaruf saya dengan suami (Mas Boim).

Keraguan yang timbul ketika membaca biodata Mas Boim.

  • tentang pendidikannya
  • kebiasaannya
  • pekerjaaannya

Suatu hal yang ini menjadi pertanyaan utama dari ibu saya, biasanya no 1 dan 3. Dan itu yang  menurut saya sulit untuk menyampaikan ke ibu.

Kalau bapak tipenya sangat welcome, siapapun ketika niatannya baik, beliau tidak mempermasalahkan. (Bacajuga: Lebih Baik Jodoh Orang Kaya atau Gemar Bekerja?)

Tapi ibu tipenya sangat detail dan mempunyai standar tertentu tentang calon menantunya. (Nani lulusan D3 di bidang kesehatan, dan sedang menempuh D4 ketika taaruf).

Saya pun juga kaget ketika membaca pendidikan Mas Boim (ijazah terakhir hanya SMP, pernah ikut Kejar Paket C tapi belum sempat ujian akhir, Red-).

Rasanya tidak mungkin saya melanjutkan taaruf (Mas Boim usaha warung kaki lima jualan Pecel lele dan aneka menu sambal, Red-).

Bimbang, bingung…

Akhirnya dapat chat sama Mbak Rati, “Bagaimana Dik…ditanya ustadz nih?

Grobyakkkk…

“Saya masih bingung Mbak.”

“Sampeyan ke sini aja,” begitu kata Mba Rati.

Saya pun silaturrahim ke rumah Mbak Rati, bercerita tentang kegalauan saya, kebimbangan dan kebingungan saya. “Sakjane Mbak, biodata ini jaaaauh dari yang saya harapkan.”

Trus komentar Mbak Rati, ” Dik… ketika ustadz menyampaikan biodata, beliau sudah melakukan pengamatan, insyaAllah ikhwan ini baik. Kalau sampeyan berniat ikhtiar jodoh dengan bantuan ustadz, bismillah niatkan karena Allah… biidznillah, Allah mudahkan semuanya.”

Jujur Kepada Calon Suami Tentang Riwayat Sakit

Saya masih mengelak, bagaimana dengan pendidikannya, perekonomiannya, saya menyampaikan ke bapak ibu..bla..bla…blaa…. Begitulah perempuan.

“Bismillah, niatkan karena Allah Dik… Istikharah..nanti silaturrahim ke Ustadz lagi.”

Selang berapa hari, saya kemudian silaturrahim ke Ustadz, masih menyampaikan kegalauan saya, dan saya juga menyampaikan bagaimana tanggapan Mas Boim tentang penyakit saya, kebetulan saya diuji dengan sakit kista payudara.

Nah, besoknya ustadz menyampaikan, “Mas Boim tidak mempermasalahkan, dia siap menerima apa adanya.”

Tambah bingung saya..

Alasan apa lagi yaaaa…

Terkejut Ketika Membaca Kartu Keluarga (KK) Calon Suami

Akhirnya, setelah istikharah… kemudian pesan-pesan dari Ustadz dan Mbak Rati, bismillah, saya sampaikan ke ibu dan bapak lewat telepon tentang Mas Boim. Triknya, saya ceritakan tentang keseriusannya dulu, soal pekerjaan dan pendidikannya menyusul saja.

Qodarullah..ibu menerima. Dan berlanjutlah ke tahapan taaruf selanjutnya.

Ada saja kendala saat itu. Dan hampir saja saya batalkan. Karena ketika sudah mengurus surat-surat syarat pernikahan, Mas Boim menunjukkan KK dan tertulis sudah menikah dan itu tidak pernah disampaikan ketika taaruf.

Dia hanya bilang kaluu itu keliru dari pihak Dispendukcapil, sebenarnya dia belum menikah sama sekali. Nah di situ saya bimbang lagi. Apa ini isyarat dari Allah kalau proses saya harus berhenti? Saya ceritakan ke Mbak Rati dan Ustadz, juga meminta bantuan Ustadz Oki untuk mencari tahu kebenarannya.

Ustadz Syukron malah tertawa, “Udah gak usah mikir aneh-aneh, sering kejadian seperti itu. Yang penting keluarga, teman, dan tetangganya bilang belum pernah menikah, ya sudah percaya.”

Tapi sebenarnya tidak segampang itu bagi saya waktu itu menerima. (Baca juga: Sudah Taaruf, Menjelang Lamaran, Nyaris Batal Karena Masalah Keluarga)

Kunci Sukses Dalam Taaruf

Namun semua itu saya lalui dengan penuh kesabaran. Dan nyatanya banyak kemudahan ketimbang kendalanya.

Bapak dan ibu sangat bersyukur karena prosesnya dimudahkan, cepat dan seperti mimpi, tiba-tiba menikahkan anaknya. Karena hanya berselang dua bulan setelah meminang lalu menikah. Bagi orang desa, itu termasuk cepat.

Kalau sudah niat karena Allah, maka nanti Allah yang akan menggiring hati, pikiran dan keputusan kita. Juga Allah yang akan memudahkan semua prosesnya. Yang tidak mungkin dalam pandangan kita, ternyata ketika Allah berkehendak, semua bisa menjadi mungkin. (Ditulis langsung oleh Mbak Nani dan disunting oleh Oki Aryono, Tim Ngaji Jodoh).

Baca juga: Testimoni Taaruf, Resep Samawa Dari Seorang Pebisnis

Foto: pixabay

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *