Perbedaan Pacaran dan Taaruf
Perbedaan Pacaran dan Taaruf | Allah SWT menciptakan manusia secara berpasang-pasangan. Untuk menemukan pasangan (jodoh) tersebut terdapat dua jalan yang bisa dipilih oleh umat Islam. Dua jalan tersebut yakni pacaran atau ta’aruf.
Namun, tidak sedikit orang yang masih bingung dengan perbedaan antara pacaran dan taaruf ini dan menganggap keduanya sama. Padahal, pacaran dan taaruf ini merupakan dua cara menemukan jodoh yang sangat jauh berbeda. Cara yang satu mengundang murka Allah SWT, sedangkan yang satu mengundang Ridho Allah SWT.
Sebagai hamba Allah SWT, sudah seharusnya melakuan hal-hal yang mengundang Ridho Allah dengan melaksakan perintah-Nya dan menjauhi hal-hal yang bisa mengundang murka Allah SWT yakni hal-hal yang sudah dilarang-Nya.
Sebelum mengetahui mana cara menemukan jodoh yang bisa mengundang Ridho Allah SWT atau Murka Allah SWT. Alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari dua cara tersebut.
Pengertian Pacaran dan Taaruf
Pacaran ialah proses perkenalan antara dua individu (pria dan wanita) yang biasanya merupakan kegiatan dalam tahap perkenalan untuk menemukan jodoh. Sedangkan taaruf merupakan proses saling mengenal antara dua individu yang berbeda jenis (pria dan wanita) dalam mencari jodoh sesuai syari’at Islam.
Secara bahasa, sekilas dua aktifitas ini tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Karena kedua kegiatan tersebut sama-sama cara mengenal calon pasangan sebelum melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, yakni penikahan. Namun, ketika diteliti lebih dalam keduanya menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan.
(Baca juga: Cara Mencari Jodoh yang Baik)
Perbedaan Pacaran dan Taaruf dari Proses Perkenalannya
Perbedaan yang pertama antara pacaran dan taaruf ini adalah pada cara berkenalannya. Kalau dengan cara taaruf, pria dan wanita saling bertukar data diri yang sudah diisi dengan data yang sejujur-jujurnya.
Selama proses pertukaran data diri hingga pertemuan antara kedua belah pihak, ada perantara yang menemani keduanya. Perantara tersebut bisa keluarga atau ustadz atau ustadzah yang mengetahui cara taaruf.
Sedangkan pacaran, mulai dari proses berkenalan hingga proses bertemu tidak ada perantara antara keduanya. Sehingga percakapan antara keduanya menjadi sangat intens, baik secara online mau pun secara offline.
Padahal, di dalam Islam pria dan wanita yang belum memiliki hubungan yang sah, dilarang berkhalwat yakni dilarang berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
“Janganlah seorang pria berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahram-nya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad)
Perbedaan Dalam Hal Tujuan
Meskipun secara bahasa pacaran dan taaruf memiliki pengertian yang sama, yakni perkenalan yang bertujuan untuk menemukan jodoh. Namun, tidak semua orang yang menjalin hubungan pacaran bertujuan untuk menikah. Beberapa dari orang yang berpacaran memiliki tujuan hanya untuk bersenang-senang saja.
Berbeda dengan pacaran, tujuan dari taaruf itu jelas, yakni menikah. Sehingga ketika sudah memiliki kecocokan antara keduanya, pernikahan itu segera dipersiapkan.
Tetapi, ketika tidak ada kecocokan selama proses perkenalan tersebut, kegiatan taaruf itu segera diakhiri saat itu juga.
Perbedaan Pacaran dan Taaruf, dari Jangka Waktu
Perbedaan antara pacaran dan taaruf yang selanjutnya adalah dari jangka waktunya. Setelah mengenal calon pasangan, dengan cara ta’aruf memiliki jangka waktu yang sudah disepakati untuk memutuskan apakah dilanjutkan ke jenjang pernikahan atau disudahi sampai di sini.
Sehingga tidak ada pihak yang tersakiti karena harus menunggu dengan penantian yang lama.
Sedangkan pacaran, meski pun sudah mengenal pasangannya dengan waktu yang cukup lama namun, belum tentu hubungan mereka itu berakhir di pelaminan. Ada yang pacaran sampai sepuluh tahun tapi berakhir pisah atau batal menikah. Tidak ada jangka waktu yang pasti untuk menuju ke jenjang selanjutnya, yakni pernikahan.
Sehingga ada yang terluka, bisa karena menunggu terlalu lama hingga waktu yang tidak ditentukan. Atau terluka karena hubungan yang dibina bertahun-tahun itu berakhir pisah atau batal menikah.
Bahkan orang yang terluka karena tidak jadi menikah setelah menunggu bertahun-tahun ini bisa menjadi gila. Sangat merugikan bukan?
Selain itu, penantian lama yang belum tentu berakhir menikah itu bisa mengakibatkan hamil diluar nikah. Mengingat percakapan yang terlalu intens itu bisa menimbulkan syahwat antara keduanya, didukung dengan situasi yang kondusif, berdua-duaan. Jika ini terjadi, yang sangat dirugikan adalah pihak perempuan.
(Baca Juga: 4 Dampak Negatif Bila Anak Pacaran)
Orang yang hamil di luar nikah akan dipandang buruk bahkan bisa dikucilkan oleh masyarakat. Tidak hanya itu, anak yang lahir diluar nikah juga merasakan dampaknya, yakni anak tersebut tidak bernasab kepada ayah biologisnya.
Jika anak itu berjenis kelamin wanita, kelak ketika dia menikah, tidak boleh diwalikan oleh ayah biologisnya.
Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abbas, dinyatakan “Siapa yang mengklaim anak dari hasil di luar nikah yang sah, maka dia tidak mewarisi anak biologis dan tidak mendapatkan warisan darinya.” (HR. Abu Dawud)
Dari perbedaan antara kedua cara menemukan jodoh ini, dapat dilihat mana yang mengundang murka dan mana yang mengundang Ridho Allah SWT.
Kesimpulannya, taaruf pasti berujung menikah atau batal diawal dan sedari awal hingga akhir selalu ada pendamping di antara mereka, sehingga tidak ada yang namanya berkhalwat atau sampai melakukan zina.
Sedangkan pacaran, belum tentu berakhir menikah dan bisa berakhir dengan hamil di luar nikah, karena tidak adanya perantara dan terlalu intensnya interaksi antara keduanya.
Penulis: Syahirah Ramadania
Editor: Oki Aryono
Foto: Pixabay