Tipe yang Dihindari Untuk Menikah

Tipe yang Dihindari Untuk Menikah

Jika selama ini banyak dibahas tipe ideal, kali ini kita mengulas tipe yang dihindari untuk menikah. Pernikahan ibarat suatu perjalanan, bahkan perjalanan begitu panjang.

Jika kita mendapat teman perjalanan di mobil yang mencapai dua jam misalnya, tentu nyaman perjalanan ini.

Sebaliknya, jika tidak nyaman ngobrol dengan teman seperjalanan, tentu tidak mengenakkan. Apalagi ini perjalanan panjang, bisa puluhan tahun lamanya.

Sebagai bentuk persiapan yang matang adalah belajar mengenali tipe yang dihindari untuk menikah. Ini adalah sebagai sarana belajar bagi tiap individu untuk melakukan evaluasi diri sekaligus mendeteksi potensi yang akan muncul di kemudian hari.

Tipe yang dihindari untuk menikah, Tipe Pertama

Belum selesai dengan masa lalu membuat kita sulit untuk move on. Masih ada luka masa lalu yang belum sembuh.

Bisa juga trauma dengan ayah ibunya di masa lalu yang terbawa sampai hari ini. Misalnya ayah ibunya mendikte seseorang, dalam hal apapun termasuk dalam urusan jodoh.

Sehingga, ia tak punya kemandirian dalam mengambil keputusan penting dalam hidupnya, khususnya pernikahan.

Bisa juga seseorang masih terbayang-bayang dengan mantan kekasihnya di masa lalu. Sehingga selalu membandingkan sosok baru dengan mantannya itu.

Jika ada calon baru, sulit masuk ke hatinya ketika bayang masa lalu belum bisa diselesaikan. Ketika dilakukan penjajakan/taaruf, orang yang belum selesai dengan masa lalu seakan memasang tembok tebal di depannya. Tembok itulah bukti dari masa lalu yang belum selesai.

Baca juga: Testimoni Taaruf, Cara Allah Mempertemukan Jodoh

Tipe kedua

Tidak ada tempat hidup di dunia ini bagi orang egois. Selalu ingin menang sendiri. Tidak mau kompromi. Inilah salah satu tipe yang dihindari untuk menikah.

Padahal pernikahan itu isinya kompromi. Ada nasihat penting dari konsultan keluarga Jogja Family Center, Cahyadi Takariawan, berupa postingan Instagram dengan kalimat: Untuk membahagiakan pasangan, kadang Anda harus mengorbankan impian dan harapan yang sudah Anda bangun dan Anda rancang.

Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Lulusan SMP & Lulusan D3

Tipe ketiga

Ketika orang sukar dipercaya karena sering berbohong, maka tak ada masa depan lagi baginya. Tak ada lagi yang percaya padanya. Padahal suami istri itu hidup serumah dan sekamar. Tanpa kejujuran, pasti segera roboh bangunannya.

Jika kita punya fisik yang lemah atau mudah takut, orang masih belas kasihan. Tapi jika kita disebut pendusta, maka habislah hidup kita. Pembohong menjadi tipe yang dihindari untuk menikah.

Nabi Muhammad pernah ditanya, “Mungkinkah seorang muslim itu pengecut?” Dijawab mungkin. “Apakah mungkin muslim bakhil/kikir?” Dijawab mungkin.

Lantas, ditanya lagi apakah mungkin muslim itu pembohong. Nabi saw menjawab, “Tidak.” Karena, dusta itu berlawanan dengan keimanan seorang muslim.

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. An Nahl 105).

Tipe yang dihindari untuk menikah, tipe keempat

Tipe pemarah adalah salah satu tipe yang harus dihindari. Kenapa orang jadi pemarah? Umumnya pemarah itu karena dia punya ekspektasi yang tinggi. Harapannya tinggi. Orang yang perfeksionis.

Nah, ketika harapan itu tidak tercapai dan tidak punya sikap qanaah, maka dia meluapkan kekecewaannya seketika itu. Dan orang-orang di sekitarnyalah yang menjadi sasarannya.

Hal kecil saja bisa memicu kemarahannya. Misalnya menaruh barang berbeda tempat saja dia sudah marah. Biasanya ditaruh di atas lemari es kemudian ada yang memindahkannya ke meja.

Orang yang mudah marah juga bisa disebabkan karena sakit yang pernah diderita. Orang pernah stroke atau tekanan darah tinggi juga mudah tersulut emosinya.

Baca juga: Testimoni taaruf Ngaji Jodoh, Pernah Trauma Batal Nikah Jelang Hari H

Tipe kelima

Salah satu pilar utama pernikahan adalah kemandirian. Suami dan istri harus mandiri dari orang di luar pasutri itu. Jika ada campur tangan orang lain yang tidak paham masalah, tentu ini akan cepat merusak pernikahan.

Masih banyak ortu yang terlalu mencampuri rumah tangga anak-anaknya. Para ortu ini menganggap anaknya masih harus diurus padahal sudah menikah.

Sang anak yang sudah jadi suami atau istri ini juga diuji sikap kemandiriannya. Bahwa tanpa intervensi ortu masing-masing pasutri ini mampu melintasi problem kehidupan dengan penuh tanggung jawab.

Tipe yang harus dihindari untuk menikah adalah calon pasutri yang tidak bisa mandiri. Terus di bawah bayang-bayang ayah ibunya masing-masing.

Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Antara Rizal dan Nanda

Tipe yang dihindari untuk menikah, Tipe keenam

Sudah menjadi fitrah manusia bahwa ia mendapat kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Apalagi dalam jika sudah menikah, maka selalu saja ada problematika.

Jika orang itu penuh tanggung jawab, maka dia akan menghadapi masalah yang menimpanya dan menyelesaikannya dengan penuh keyakinan.

Dalam sebuah podcast, Deddy Corbuzier memberi ilustrasi tipe manusia dalam menghadapi masalah dengan perumpamaan sapi dan banteng.

Baca juga: Testimoni taaruf Ngaji Jodoh, Nyaris Batal Lamaran Karena Problem Keluarga

Ilustrasi Sapi dan Banteng

Kedua hewan ini punya insting yang sama ketika merasakan tanda-tanda datangnya badai. Namun, respon keduanya berbeda.

Kalau sapi, sebelum badai datang, dia berlari menjauhi badai. Dia terus berlari hingga kelelahan dan badai masih terus bergejolak.

Sebaliknya, banteng justru berlari menuju badai. Meski kesakitan, namun itu segera berlalu. Banteng lebih cepat melewati badai ketimbang sapi dengan risiko kesakitan.

Tipe yang dihindari untuk menikah adalah tipe sapi. Mereka menghindari masalah ketimbang mengatasinya. Padahal, tak ada satupun manusia yang bebas masalah. Bahkan para nabi dan rasul pun dirundung problem.

Bahkan Para Nabi Mengalami Problem yang Juga Berat

Nabi Muhammad saw dan istrinya pernah dua bulan berturut-turut tidak punya bahan yang bisa dimasak di rumah. Problem ekonomi pun dialami rasul yang mulia. Ada juga nabi yang mendapat pembangkangan dari salah satu putranya. Ada pula nabi yang ditentang ayahnya sendiri.

Begitulah kehidupan. Penuh dengan ujian. Namun, siapa saja yang berpegang teguh pada agama Allah niscaya tidak akan tersesat selama-lamanya.

Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Anak Punk Ikut Taaruf

Foto: pixabay

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *