Suami yang Baik Seperti Apa | Si Doi Apa Sudah Sesuai?
Suami yang baik seperti apa, selalu menjadi pertanyaan bagi para wanita yang berencana menikah. Para perempuan harus mengenali lebih dalam seperti pria apa yang akan meminangnya.
Pernikahan dan keluarga menjadi perhatian penting dalam Islam. Ini tercermin dari banyaknya penjelasan tentang pernikahan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Ayat yang membahas keluarga berjumlah 146 ayat. Isinya mulai pernikahan, talak/cerai, rujuk, mediasi konflik pasutri, nafkah, waris, peran suami istri, pengasuhan anak, kehamilan, menyusui, dan banyak lainya.
Sedangkan ayat tentang shalat sebanyak 24, puasa 5 ayat, jihad 26 ayat, dan wudu/tayammum hanya satu ayat. Artinya, pernikahan/keluarga menjadi perhatian penting dalam Islam.
Salah satu aspeknya adalah bagaimana peran suami-istri, juga suami yang baik seperti apa, istri yang dipuji Allah itu seperti apa, dan banyak aspek lainnya.
Karena, suami Adalah pemimpin rumah tangga. Allah berfirman, “Kaum laki-laki itu pemimpin bagi kaum wanita…” (QS. An Nisa 34). Maknanya, suami itu pemimpin bagi istri dan anak-anaknya.
Seperti apa pemimpin keluarga itu? Suami yang baik seperti apa?
Konsep ini diadopsi dalam falsafah Jawa yang kemudian dikutip dalam Kementerian Pendidikan Indonesia. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani ‘Di depan, harus memberi teladan, di tengah harus memberi semangat, di belakang memberi dorongan.’
Bahwa pemimpin itu memberi contoh yang baik. Menunjukkan teladan dan bisa jadi panutan bagi yang mengikutinya.
Pertanyaannya kemudian adalah suami yang baik seperti apa? Mari kita simak bagaimana ucapan spontan Siti Khadijah ketika suami tercinta pulang dalam keadaan ketakutan setelah bertemu malaikat Jibril pertama kalinya.
Mari kita amati suami yang baik seperti apa menurut Bunda Siti Khadijah. Kita bisa baca respon istri terbaik ketika sang suami dalam keadaan panik.
Belajar Dari Bunda Siti Khadijah
Ketika berada di Gua Hira untuk merenung, Nabi Muhammad saw didatangi Jibril untuk pertama kali. Jibril menuntunkan surat Al Alaq 1-5. Karena kaget, Nabi saw kaget dan ketakutan.
Beliau pulang dalam keadaan demam dan menggigil. Setibanya di rumah, meminta selimut kepada sang istri.
Siti Khadijah menyelimutinya, lalu Nabi saw berkata, “Wahai Khadijah, apa yang terjadi pada diriku. Aku takut keburukan akan menimpa diriku.”
Lalu Siti Khadijah menghiburnya, “Sekali-kali tidak, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu selamanya.”
Kemudian Siti Khadijah melanjutkan, “Allah tidak akan menghinakanmu selamanya karena engkau senantiasa menyambung silaturahim, berkata jujur, membantu orang tidak mampu, memuliakan tamu dan membela orang dalam kebenaran.”
5 Sifat Suami yang baik Menurut Siti Khadijah
Pertama
Suami yang baik itu punya kebiasaan menyambung silaturahim. Amalan ini akan menyambung hubungan kerabat yang renggang atau yang lama terpisah. Atau menyatukan kembali keluarga yang sempat putus.
Silaturahim sangat terkait dengan keimanan seseorang. “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia menyambung kekerabatannya…” (HR. Bukhari).
Silaturahim berpahala dan bermanfaat yang mengamalkannya. “Siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya atau dipanjangkan umurnya, meka hendaklah dia menyambung silaturahim.” (HR. Bukahri Muslim).
Kedua
Sifat suami yang baik dari kisah di atas adalah jujur. Sifat ini akan membawa kabaikan. “Sesugnguhnya jujur itu membawa kepada kebajikan dan kebajikan mengantar kepada surga.” (HR. Bukhari Muslim).
Ketiga
Membantu orang tidak mampu merupakan ciri pribadi yang peka dan peduli. Suami yang peka terhadap kesulitan keluarganya merupakan idaman setiap istri.
Bahkan Nabi Muhammad saw biasa menjahit pakaiannya sendiri dan memperbaiki terompahnya. Konon Nabi Daud makan dari hasil usaha tangannya sendiri. Para nabi tidak malu dan tidak segan untuk membantu urusan rumahnya bersama keluarganya.
Keempat
Memuliakan tamu merupakan salah satu dari sekian akhlak yang mulia. Siti Khadijah memuji suaminya yang terbiasa memuliakan tamu sehingga terlontar kalimat pujian itu di situasi spontan.
Dalam budaya Jawa, ada yang selaras dengan Islam ini: gupuh, lungguh, suguh. Jika diterjemahkan, untuk menyambut tamu, ajaran Jawa memberi panduan, hendaknya tuan rumah itu bergegas/gupuh menyambutnya. Lalu mempersilakan duduk/lungguh yang nyaman dan puncaknya menyajikan hidangan/suguh yang baik bagi tamu.
Kelima
Di dunia ini selalu bersaing kebenaran dan kebatilan. Manusia bisa memilih membela yang mana, memilih jadi pengusung yang mana. Dan ciri suami yang baik adalah ia selalu membela orang di jalan kebenaran.
Sejak sebelum menjadi nabi, beliau saw. selalu ikut dalam barisan kebenaran. Padahal saat itu belum ada panduan wahyu Ilahi. Namun, hati nurani yang bersih pasti akan condong kepada kebenaran.
Baca juga: Testimoni taaruf, Pernah Trauma gagal nikah jelang hari H tapi segera move on
Foto: pixabay
Related Posts
Lebih Baik Jodoh Orang Kaya atau Gemar Bekerja
Tanda Jodoh Masih Jauh
