Syarat Taaruf, Ada 3 Yang Mesti Anda Siapkan
Taaruf merupakan istilah yang digunakan proses pengenalan pria wanita muslim muslimah menjelang jenjang pernikahan. Taaruf adalah lawan dari pacaran. Keduanya sama-sama proses untuk saling mengenal antara sejoli. Jika pacaran di dalam prosesnya tanpa ada batasan, tanpa ada etika dan tanpa kepastian.
Sebaliknya, taaruf adalah proses pengenalan yang dibatasi dengan etika pergaulan Islam dan semua menuju kepastian yaitu tahap meminang dan akad nikah. Lalu apa saja syarat-syarat taaruf itu.
Harus ada yang mediator
Inilah syarat pertama dan dan utama dalam taaruf. Inilah perbedaan paling mencolok dengan praktik pacaran. Adanya mediator menjadikan pertemuan sejoli menjadi lebih beretika dan terjaga dari perbuatan yang zina dan dosa.
Sebab, praktik pacaran itu bertemunya sejoli bukan mahramnya yang belum resmi menikah dalam satu tempat, tanpa ada orang ketiga sebagai pendamping. Inilah yang diwanti-wanti Rasulullah Muhammad saw. “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita karena sesungguhnya setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua” (HR. Ahmad 1/18, Ibnu Hibban [lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436], At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792 no. 430).
Mediator ini bisa dari kerabat salah satu pihak, bisa orang yang terpercaya atau sosok yang kesholehannya sudah diakui. Seorang mediator haruslah berpengalaman tentang pernikahan dan memahami etika pergaulan pria wanita dalam Islam. Sehingga dia bisa mengarahkan peserta taaruf. Maka syarat pertama dalam taaruf adalah adanya mediator yang amanah. Inilah salah satu syarat taaruf yang mesti Anda siapkan.
Karena jebakan syetan itu sangat lihai. Karena itu, Allah melarang kita mendekati zina. ““Janganlah kalian mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu merupakan perbuatan keji dan sejelek-jelek jalan” (QS. Al Isra’: 32). Mendekati saja dilarang, karena memang sangat kuat daya tarik nafsu itu. “Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (godaan) yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian berketurunan (regenerasi) di atasnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena awal fitnah yang menimpa Bani Israil dari wanitanya” (HR. Muslim).
Karena itu, peran mediator ini sangat signifikan. Dia bisa berperan sebagai pengarah, verifikator, motivator, dan teman curhat bagi para peserta ini. Karena itu, mediator harus sikap adil dan amanah seperti halnya wasit dalam laga olah raga.
Mengisi biodata taaruf secara jujur
Dikarenakan taaruf itu tidak seperti pacaran, maka kedua kandidat harus mengisi biodata taaruf secara jujur dan transparan. Tidak ada yang ditutup-tutupi terkait kekurangan diri dan mungkin riwayat pernikahan sebelumnya, khusus bagi peserta janda atau duda. Kalau pasangan berpacaran kan seringkali mereka bebas bertemu dan berduaan sambil bicara tentang diri masing-masing.
Namun di taaruf ini, profil diri diwakili oleh biodata atau curriculum vitae ini. Misalnya tentang sifat jelek kita, kelemahan kita, riwayat penyakit, dan latar belakang keluarga. Di sinilah kejujuran kita diuji. Biarlah kandidat pasangan kita memahami kita dan jika nantinya ia menerima kita, maka itu apa adanya diri kita masing-masing. Inilah salah satu syarat taaruf yang mesti Anda siapkan.
Nah, para mediator nantinya harus menjaga biodata ini agar tetap rahasia dan bersifat privasi. Kedua kandidat juga harus menjaga kerahasiaan ini. Jika memang nanti belum berjodoh, maka keduanya wajib mengembalikan biodata yang ditukar atau menghapus biodata itu jika berupa softcopy serta tetap menutup rapat isi biodata calonnya yang terdahulu. Semua itu demi privasi masing-masing dan menutup segala celah fitnah yang bisa muncul di kemudian hari.
Pada proses taaruf, nanti mediator akan melakukan verifikasi terrhadap isi biodata dengan berbagai cara. Bisa dengan ngobrol langsung dengan peserta taaruf atau berkunjung ke keluarga peserta. Dan selama proses memang biasanya akan terkonfirmasi sebagian kecil atau sebagian besar profil peserta taaruf.
Memberikan foto diri secara alami/wajar
Maka tak perlu memberikan foto diri kepada mediator atau kepada kandidat dengan foto yang editing yang berlebihan. Karena itu merupakan itikad buruk dan menunjukkan kurang jujur. Selain itu, hal ini membuat kita seakan tidak bersyukur dengan anugerah Allah kepada kita. Inilah salah satu syarat taaruf yang mesti Anda siapkan.
Semua pihak yang berkepentingan dalam proses taaruf ini harus menjaga foto-foto ini tetap rahasia. Tidak diperkenankan untuk ditunjukkan di media sosial juga kepada pihak yang tidak berkepentingan. Yang boleh melihat foto-foto hanya masing-masing peserta yang sedang ditaarufkan, mediator, dan keluarga dekat yang bisa memberi masukan terkait kesiapan menikah tiap peserta.
Jika memang kedua calon ini belum merasa cocok, maka foto-foto itu harus dikembalikan kepada mediator jika berupa cetakan atau dihapus jika berupa copy. Semua demi kebaikan masing-masing di masa mendatang dan mengantisipasi hal-hal yang tidak baik di kemudian hari yang mungkin muncul. (Oki Aryono, fasilitatator dan pendamping Komunitas Ngaji Jodoh Jawa Timur).
Follow ig: @ngajijodoh
Tonton YouTube: Ngaji Jodoh
FB fanpage: Ngaji Jodoh Official