Apa Arti Taaruf dan Bedanya dengan Pacaran (bagian 1)
Apa Arti Taaruf dan Apa Bedanya dengan Pacaran | Maraknya pacaran yang berujung seks bebas dan hamil pranikah membuat sejumlah kalangan untuk mencari solusi. Salah satu solusi adalah praktik taaruf.
Apa arti taaruf? Taaruf dari bahasa Arab artinya perkenalan. Istilah ini bisa dipakai dalam umumnya pergaulan pertemanan atau persahabatan.
Namun kemudian istilah taaruf ini menyempit yang maknanya sebuah usaha penjajakan untuk saling mengenal di antara dua pasang manusia pria dan wanita untuk menuju jenjang pernikahan.
Dalam ajaran Islam, hubungan seks hanya boleh dengan cara menikah. Tidak ada cara lain. Karena itu, taaruf adalah solusi menuju proses pernikahan.
Sedangkan pacaran akan menjerumuskan muda mudi kepada perbuatan dosa dan asusila. Pecaran hanya membuat kedua sejoli dimabuk syahwat, bukan malah menjaga diri agar tetap suci hingga akad nikah nantinya. Dalam konteks ini, apa arti taaruf?
Istilah ini awalnya ini dipakai untuk proses berkenalan antara pria muslim dan muslimah untuk saling kenal yang ditemani seorang pendamping, bisa kerabat si wanita atau kerabat pria. Atau bisa juga pendamping itu adalah seorang ustadz atau tokoh agama yang membina kedua kandidat itu.
Istilah taaruf digunakan sebagai antitesis cara pacaran. Lazimnya pacaran, pria dan wanita berduaan kemana saja mereka suka padahal belum ada ikatan penikahan di antara dua sejoli ini. Ada yang sekadar makan berdua di café, jalan-jalan di mal, nonton bioskop, berboncengan di motor, berduaan di mobil, dll.
Jika dua sejoli bukan mahram sedang berduaan, maka ketiganya pasti syetan. Dia menggoda keduanya untuk terus berbuat lebih jauh melanggar batas kebolehan. Seperti halnya dia menggoda bapak dan ibu manusia dulu di surga.
Bahkan pacaran masa kini lebih mesra daripada pasangan suami istri (pasutri). Ada saling bergandengan tangan, berpelukan, berciuman dan bahkan naudzubillah hubungan seksual. Praktik pacaran seperti ini adalah perbuatan zina dan dosa besar di dalam pandangan Islam.
Islam telah memberi peringatan jauh sebelum terjadinya perbuatan zina yang disebut pacaran. Allah menggunakan kalimat jangan dekati zina. Jika mendekati saja sudah dilarang, apalagi melakukannya. Setiap perbuatan yang mengarah kepada zina harus ditutup. Karena nafsu manusia selalu mengajak kepada keburukan.
Maka zina merupakan jalan yang paling buruk. Bagaimanakah rumah tangga bisa mencapai sakinah jika diawali dengan perbuatan dosa (baca pacaran).
Maka taaruf dipraktikkan untuk menjadi cara terhormat bagi muslim dan muslimah dalam menggapai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Mari kita lihat apa beda taaruf dan pacaran.
Dalam hal tujuan
Taaruf bertujuan untuk saling mengenal satu sama lain menuju ikatan yang suci dalam pernikahan. Saat ini muncul istilah: ikatan halal. Arti taaruf di sini adalah menjadikan pernikahan sebagai ikatan yang halal, bisa halal dalam hubungan seks maupun halal dalam hal hidup berdua.
Sedangkan pacaran bertujuan hanya untuk bersenang-senang tanpa ada ikatan. Kedua sejoli hanya berdua-duaan tanpa ada ikatan resmi. Inilah yang dilarang dalam agama. Seorang pria dan wanita –jika sudah sama-sama baligh- tidak boleh berdua-duaan, baik di rumah maupun di luar rumah. Zaman sekarang disebut hang out atau jalan bareng. Karena yang ketiganya adalah syetan yang akan menggoda keduanya untuk berbuat maksiat.
Nabi Muhammad bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua” (HR. Ahmad).
Pacaran adalah perbuatan saling mendekat pria dan wanita. Maka Allah Swt. sudah memberi peringatan. “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al-Israa’ 32). Jika mendekati saja dilarang, maka perbuatan itu lebih berbahaya lagi akibatnya.
Tujuan ini sangat menentukan langkah kita. Jika kita pergi dari Surabaya bertujuan ke Jakarta, maka kita akan mencari jalan agar mencapai cara paling cepat atau paling mudah menuju Jakarta. Demikian pula pernikahan.
Jika tujuannya hanya bersenang-senang tanpa menghiraukan nasihat agama ini, maka mana mungkin menghasilkan pernikahan yang berkah. Sebaliknya juga begitu. Jika bertujuan untuk rumah tangga yang berkah, maka caranya juga harus sesuai ajaran agama
Dalam hal sifat
Arti taaruf adalah perkenalan. Sifatnya tertutup dan rahasia. Hanya pihak tertentu saja yang paham dengan siapa kita bertaaruf. Jika tidak saling cocok, maka tak ada yang tahu. Hanya satu dua orang saja yang tahu karena biasanya mereka yang membantu proses taaruf itu. Sehingga tidak ada perasaan jengkel atau baper. Karena sifatnya yang rahasia.
Sedangkan pacaran, sifatnya terbuka dan diumbar. Pasangan pacaran akan terlihat sangat jelas. Mereka sering bepergian berdua. Hang out berdua. Banyak yang menyaksikan. Kalau putus, semua orang juga tahu. Kalau pacaran itu biasanya diumbar. Maka putus pun diumbar juga. Malah kadang sampai beredar di media sosial kalau sudah putus dengan si dia.
Putus dengan mantan pacar ini bisa menjadi fitnah dan gunjingan orang. Bahkan hal ini berpotensi menjadi batu sandungan jika kelak masing-masing telah menikah dengan orang lain. Karena pasangan yang sekarang sama-sama tahu berhubungan dengan siapa di masa lalu. Potensi konflik juga sangat besar setelah menikah. Karena jika kadung tersulut emosinya, aib dan keburukan suami atau sang istri akan diungkit-ungkit. Itulah benih-benih keretakan rumah tangga.
Dalam hal pelaksanaan
Taaruf langsung banyak berhubungan antara calon mempelai dengan wali atau orangtua masing-masing. Hal ini berbeda dengan pacaran. Karena pelaksaan pacaran hanya memuaskan kedua sejoli saja. (Bersambung ke bagian 2)