Tujuan Menikah Untuk Apa | Dampaknya Ke Negara

Tujuan menikah untuk apa

Tujuan menikah untuk apa, menjadi pertanyaan di kalangan kaum muda. Ada beberapa alasan mengapa pertanyaan mendasar ini mencuat belakangan ini di media online.

Alasan pertama

Alasan pertama kaum muda bertanya tujuan menikah untuk apa yaitu agar kaum muda punya alasan kuat untuk mempersiapkan diri mengarungi bahtera rumah tangga.

Dengan mengajukan pertanyaan tujuan menikah untuk apa, kaum muda bisa menjawab dengan persiapan yang matang.

Tidak hanya menjawab pertanyaan semata, namun melakukan aksi nyata untuk menambah bekal yang memadai untuk memasuk jenjang pernikahan.

Alasan kedua

Namun ada saja kaum muda yang mempertanyakan tujuan menikah untuk apa. Maksudnya, mereka bertanya kenapa sih kami harus menikah? Mengapa sih orangtua dan orang-orang terdekat sering menanyakan kenapa belum menikah?

Sehingga kaum muda ini mempertanyakan: mengapa kami harus menikah? Untuk apa kami harus menikah?

Mari kita ulas secara sekilas, tujuan menikah untuk apa? Agar bagi yang sudah punya tekad menikah, nantinya makin yakin untuk mempersiapkannya. Sedangkan bagi yang masih gamang, nantinya akan punya jawaban yang menyakinkan.

Baca juga: Testimoni taaruf, Lulusan SMP & Lulusan D3

Tujuan menikah untuk apa, jawaban pertama

Karena kita adalah manusia. Ya, hanya manusia yang membutuhkan menikah untuk menyalurkan hasrat seksualnya secara sah dan bermartabat. Makhluk lain di bumi ini tidak membutuhkan menikah untuk menyalurkan nafsu reproduksinya.

Sebagai manusia beragama dan bermoral, tujuan menikah untuk menempatkan nafsu libidonya dengan cara yang legal dan terhormat.

Meskipun begitu, banyak juga manusia yang menyalurkan libidonya di luar nikah. Tentu, hal ini menyalahi kaidah agama dan moral.

Di dunia ini, sudah belasan dan bahkan puluhan negara yang melegalkan hubungan pria wanita tanpa ikatan pernikahan. Dalam istilah Bahasa Inggris disebut cohabitation atau living together.

Cohabitation bertentangan dengan norma agama, norma sosial dan norma hukum di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih memegang prinsip bahwa kehidupan pria dan wanita hanya sah melalui pernikahan.

Jawaban kedua

Manusia adalah anak cucu dari Adam. Manusia pertama yang juga dinobatkan sebagai nabi tersebut pertama kali tinggal di surga. Menurut keterangan sejarah, awalnya Adam hidup seorang diri di surga. Lantas dia merasa kesepian.

Kemudian Tuhan menciptakan Hawa, wanita pertama dan menjadi pasangan sah bagi Adam. Allah menikahkan keduanya di surga. Itulah salah satu tujuan menikah untuk apa? Yakni untuk mengisi kehidupan antara pria dan wanita.

Manusia tidak akan selama bisa hidup bersama ayah ibunya dan saudara-saudara seayah seibu. Ketika dewasa, manusia membutuhkan pasangan untuk mengisi kesepian dalam kesehariannya.

Meski sudah punya banyak kawan karib, namun ada ruang emosi dan ruang biologis yang hanya bisa diisi oleh lawan jenis melalui ikatan pernikahan. Ruang-ruang ini tidak bisa diisi oleh kawan maupun saudara. Hanya bisa diisi oleh suami atau istri.

Baca juga: Testimoni taaruf, Bagaimana Allah Mempertemukan Jodoh

Jawaban ketiga tujuan menikah untuk apa

Dalam hati nurani manusia telah ditanamkan kecintaan kepada anak-anak. Sudah menjadi fitrah dalam diri manusia menyenangi anak-anak. Hadirnya anak dalam keluarga termasuk kebahagiaan yang utama.

“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada hal-hal yang diinginkan yaitu kapada wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran 14).

Dan hadirnya anak secara sah hanyalah melalui pernikahan. Memang teknologi modern mampu membuat program bayi tabung dan surrogacy (tanam janin di rahim wanita lain), sehingga tak perlu ada ikatan pernikahan.

Namun, cara ini tidak akui oleh agama Islam. Padahal pernikahan adalah urusan agama. Jika urusan anak tidak diatur dalam agama, pasti pasti akan menimbulkan kekacauan. Karena, Agama Islam mengatur urusan nasab (keturunan), waris dan mahram (pihak yang tidak boleh saling menikah karena nasab).

Baca juga: Testimoni Taaruf, Nyaris Batal Nikah Karena Problem Keluarga

Tujuan menikah untuk apa, jawaban keempat

Jika dibalik pertanyaannya, apa akibatnya jika tidak menikah? Jawabnya bisa dilihat dari kondisi 2024 yang lalu. Jepang mengalami defisit penduduk 200.000 jiwa tiap tahunnya. Angka kematian lebih besar 200 ribu tiap tahunnya.

Akibatnya, banyak sekolah tutup karena kekurangan murid. Sekitar tiga juta rumah kosong tanpa penghuni karena pemiliknya telah wafat tanpa meninggalkan pewaris. Ekonomi terancam karena pangsa pasar tak lagi tersedia.

Semua itu karena warga Jepang enggan menikah dan tidak mau punya anak. Bagi mereka, anak merupakan beban semata, bukan dianggap anugerah.

Selain Jepang, Korea Selatan telah menunjukkan tanda-tanda yang sama. Demikian pula negara-negara Eropa Barat seperti Jerman dan Belanda. Pusat keramaian lebih banyak kaum lansia daripada anak-anak ataupun remaja. Semua itu akibat mengabaikan agama yang meruntuhkan sendi keluarga di masyarakat.

Bagi orang beriman, menikah adalah ibadah dan aktivitas di dalamnya seluruhnya bernilai pahala. Semakin jauh dari agama, maka pernikahan hanya akan menjadi beban semata. Hanya dengan agama-lah pernikahan akan dinilai sebagai kemuliaan dan ladang kebaikan.

Baca juga: Testimoni Taaruf ngaji Jodoh, Dulu Pernah Trauma Gagal Nikah jelang Hari H

Foto: pixabay

 

 

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *