Dapat Jodoh Orang Jauh
Dalam beberapa case, ada saja orang yang dapat jodoh orang jauh. Memang, jodoh itu salah satu dari sekian banyak rahasia Tuhan. Artinya bagi jomblo, jodoh yang akan datang itu belum kita ketahui dengan siapa kita nanti menikah. Apakah dengan orang dekat ataukah orang jauh?
Kita tidak tahu siapa jodoh kita sampai nantinya kita benar-benar bersanding di pelaminan, barulah semuanya jelas siapa jodoh kita. Apakah orang dekat ataukah orang jauh.
Ada plus minus dapat jodoh orang jauh. Di tulisan ini, kamu akan mendapat informasi kita mempertimbangkan tentang jodoh kita di masa depan.
Baca juga: Testimoni taaruf Ngaji Jodoh, Dapat Orang jauh, beda domisili beda provinsi
Keuntungan pertama dapat jodoh orang jauh
Banyak ahli Kesehatan menyarankan agar kita menikah dengan orang tidak terikat kekerabatan dengan kita. Karena ada sejumlah risiko kesehatan jika menikah dengan sepupu atau dengan kerabat yang masih ada petalian darah
Di antara risiko kesehatan menikah dengan sepupu atau kerabat antara lain (sumber: alodokter.com)
Cacat lahir, risiko jodoh kerabat dekat
Beberapa riset menunjukkan peluang cacat lahir 2 persen hingga 3 persen jika menikah dengan sepupu meskipun pasangan ini tidak punya riwayat kelainan genetik.
Gangguan sistem kekebalan tubuh
Penelitian menunjukkan bahwa menikah dengan sepupu berisiko melahirkan anak dengan kelainan genetik primary immuno deficiency (PID). Kelainan ini menyebabkan kecatatan dalam system kekebalan tubuh, sehingga rentan terkena infeksi dan penyakit autoimun.
Lahir mati
Risiko ini makin tinggi jika menikah dengan sepupu pertama yaitu anak dari kakak pertama ayah atau ibu kita.
Gangguan mental
Sejumlah riset menunjukkan bahwa anak lahir dari pernikahan sepupu lebih berisiko mengalami gangguan mood, seperti depresi, mudah cemas, bahkkan gangguan psikosis.
Keuntungan kedua dapat jodoh orang jauh
Ini menjadi anjuran ulama. Bagi umat Islam, ulama adalah pewaris nabi. Karena rasul tidak mewariskan harta tapi mewariskan ilmu dan orang berilmu dalam Islam disebut ulama.
Anjuran menikah dengan bukan kerabat memang bukan berasal dari teks Al-Qur’an ataupun perkataan Nabi. Tapi banyak ulama memganjurkan menikah dengan orang yang bukan kerabat berdasarkan garis besar panduan Nabi Muhammad.
Disebutkan dalam kitab Al Inshaf (8/16), “Disunnahkan untuk memilih wanita yang baik agamanya, subur, perawan, nasabnya baik dan asing (bukan kerabat).”
Anjuran ini merupakan penjabaran dari hadits Nabi, “Nikahilah wanita yang wadud (penyayang) dan walud (subur kandungannya), sesungguhnya aku berbangga dengan jumlah kalian di hadapan umat-umat lain (di akhirat).” (HR. Abu Daud).
Dalam kitab Mathalib Ulin Nuha (5/9) dijelaskan, “Wanita asing (bukan kerabat) anak keturunannya akan lebih tangguh…” (sumber: islamqa.info)
Kerugian pertama dapat jodoh orang jauh
Menikah dengan orang jauh membutuhkan usaha lebih besar ketika masih penjajakan menjelang pernikahan. Karena kita butuh mengenal baik keluarga calon pasangan kita.
Jika dapat jodoh orang jauh, maka kita membutuhkan biaya yang lebih besar untuk transportasi. Makin jauh jaraknya, makin besar ongkosnya. Dalam bahasa gaul, “Cintaku berat di ongkos.”
Tidak hanya ongkos, tapi juga butuh waktu yang lebih lama mengenal keluarga calon pasanganmu. Bukankah menikah itu selain menggabungkan dua orang tapi juga menyatukan dua keluarga besar? Semakin jauh jaraknya, bisa jadi makin lama waktu yang dibutuhkan untuk pengenalan.
Baca juga: Tempat Cari Jodoh di Surabaya dan Jawa Timur | Khusus Muslim
Kerugian kedua dapat jodoh orang jauh
Jika terlalu banyak perbedaan, ini akan meningkatkan risiko disharmoni. Perbedaan apa maksudnya? Misalnya jika dapat jodoh orang luar Indonesia. Atau dapat jodoh beda benua, misalnya berjodoh dengan orang Eropa atau Afrika atau benua Amerika.
Perbedaan yang mencolok bisa memicu disharmoni dalam rumah tangga. Karena menikah itu menyatukan dua insan di satu rumah bertahun-tahun, bisa-bisa sepanjang hidup.
Jika dapat jodoh orang luar Indonesia, maka harus punya kesabaran ekstra dan keikhlasan ekstra. Karena pasti banyak perbedaan, yaitu beda budaya, beda selera, beda kebiasaan, beda bahasa, dll.
Baca juga: Testimoni taaruf, Antara Lulusan SMP & Lulusan D3
Foto: pixabay