Kenapa Gen Z Takut Menikah | Sebab Dan Fakta
Kenapa Gen Z Takut Menikah | Di medsos, sempat bersliweran tagar: marriage is scary. Atau menikah itu menakutkan. Tagar ini viral di kalangan milenial dan gen Z.
Di laman resmi Fakultas Psikologi Universitas Negeri Surabaya, dijelaskan bahwa dahulu pernikahan dipandang sebagai salah satu fase penting kehidupan seseorang, kini dihadapi dengan keraguan oleh banyak generasi milenial dan gen Z.
Kenapa Gen Z Takut Menikah
Banyak dari mereka memilih untuk menunda atau bahkan tidak menikah sama sekali. Kenapa Gen Z takut menikah? Hal sama dialami generasi di atasnya: milenial.
Baca juga: Apa Sih Tujuan Nikah?
Fenomena ini mencerminkan perubahan besar dalam cara pandang terhadap institusi pernikahan, yang tidak lagi dianggap sebagai keharusan sosial.
Bagaimana kaum milenial dan gen z menilai sebuah pernikahan sehingga sampai ada lagu berjudul marriage is scary.
Pernikahan memang suatu amanah yang besar. Ada banyak tanggung jawab pada masing-masing anggota keluarga. Dan ketangguhan menopang tanggung jawab itulah menjadi tolok ukur ketahanan psikis dan jasmani seseorang.
Ditengarai ada beberapa faktor yang menyebabkan generasi milenial dan gen Z begitu khawatir dan lemah terhadap komitmen agung ini. Mari sedikit kita ulas kenapa Gen Z takut menikah, begitu juga milenial.
Baca juga: Menikah itu Menakutkan Jika ….
Sebab pertama kenapa gen Z takut menikah
Kerena mereka kurang terlatih untuk bersabar. Mengapa bisa begitu? Karena generasi milenial dan gen Z tumbuh dalam keadaan yang serba instan. Makanannya serba instan.
Cara belajar mereka tak lagi dengan membaca. Tinggal ngomong di depan gadget dengan teknologi kecerdasan buatan/Artificial Intellegent (AI). Cari info apapun tinggal klik Google atau YouTube. Tak perlu tanya ke para senior.
Semua serba mudah. Sehingga mereka tak terbiasa dengan ketelatenan dan kesabaran. Generasi kelahiran 1980 ke atas harus keliling perpustakaan untuk mencari bahan belajar. Setelah itu, harus meminjam buku dengan aturan ketat dan harus disiplin dalam menjaga dan merawat buku itu.
Untuk mengerjakan tugas harus menggunakan mesin ketik atau harus mencari printer di rental komputer. Harus bersusah payah dalam mengerjakan banyak hal. Harus menemui senior untuk bertanya ini itu. Pinjam buku ke kakak tingkat jika mau hemat biaya.
Ini semua tak dialami milenial dan gen Z. Semua serba instan dan mudah. Sehingga tidak tertempa dengan kesulitan dan kurang sabar.
Dan ini terbawa hingga ke pernikahan. Jika ada sedikit problem, langsung berantakan. Tak bisa telaten menghadapi perbedaan sikap pasangan. Inilah alasan pertama kenapa gen z takut menikah, juga milenial.
Sebab kedua
Mereka lebih asyik dengan gadget-nya. Jarang ada waktu untuk bersosialisasi dengan publik. Semua kebutuhan dipenuhi melalui online shop. Beli makanan dan minuman pun melalui ojek online. Tidak terbiasa bersosialisasi di dunia nyata.
Bahkan, ada cerita ojek online yang mengantar barang beda blok satu kompleks pun pakai jasanya. Mager alias malas gerak.
Beda dengan generasi senior dulu. Kalau mau beli snack, harus keluar rumah dan beli ke toko tetangga. Dalam perjalanan itu mereka harus menyapa tetangga yang dilewati dan bercakap dengan sang penjual. Sehingga masih ada akhlak dengan tetangga.
Ada seorang kawan menceritakan betapa buruknya etika generasi muda saat ini saat menanyakan lowongan pekerjaan dalam sebuah chat nomor resmi. “Info loker dong.” Hanya tiga kata bahkan di sebuah nomor resmi sebuah perusahaan. Loker yang dimaksud adalah lowongan kerja.
Tentu saja ini berimbas ke urusan rumah tangga mereka. Tidak terbiasa berdiskusi dengan santai dengan pasangannya. Jadinya, semua serba kaku dan kering.
Akhirnya, menikah hanya dianggap merepotkan saja dan bahkan menakutkan. Inilah sebab kedua kenapa gen z takut menikah, begitu juga milenial.
Sebab ketiga
Generasi muda dimanjakan dengan segala perangkat canggih. Akibatnya, ketika menemui keterbatasan, mereka langsung panik. Kurang tangguh dalam minimnya fasilitas. Mereka kurang tertempa dalam keterbatasan.
Padahal generasi senior dulu serba terbatas. Mereka berjibaku dengan kesulitan. Harus berjalan kaki karena belum ada kendaraan pribadi. Harus antri di telepon umum koin karena belum ada ponsel.
Kondisi zaman dulu yang serba terbatas kemudian memunculkan sindiran dari generasi senior kepada generasi muda kini: Dulu bapakmu ini tak punya HP pun bisa menikahi ibumu.
Sebab keempat kenapa gen z takut menikah, juga milenial
Banyaknya informasi seringkali malah membuat kita bingung bahkan bimbang. Makin ragu untuk melangkah. Ada pendapat begini, ada begitu, akhirnya semakin bingung. Lebih sering overthinking karena overdosis informasi.
Ini semua terjadi karena mereka tak punya panutan. Di sinilah betapa teladan hidup itu sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan.
Teladan utama tentu saja Nabi Muhammad. Namun kita juga sangat butuh panutan di masa kini yang bisa dijadikan tempat bertanya dan dimintai nasihat. Pasutri muda sangat memerlukan sosok tempat meminta nasihat dan solusi.
Sebab kelima
Karena sibuk dengan gadget, generasi milenial dan gen Z tidak peka dengan keadaan sekitar. Ini berimbas ketika sudah menikah kelak. Mereka tidak peka terhadap lingkungan sekitar, sibuk dengan dirinya sendiri karena lebih asyik dengan gadget-nya.
Padahal menikah itu harus peka terhadap kesulitan pasangan halalnya. Istri memahami kesulitan suami, begitu pula suami harus peka terhadap keadaan istrinya, terlebih ketika istri sedang haid atau hamil atau nifas.
Sebab keenam, salah persepsi tentang pernikahan
Dianggapnya menikah itu selalu happy berdua. Padahal dalam pernikahan isinya adalah berjuang bersama. Kelak hasil perjuangan itu pasti membuat Anda berdua bahagia.
Misalnya bagaimana bahagianya ayah ibu menyaksikan anak bisa juara lomba melukis di sekolahnya.
Atau bagaimana senangnya pasutri ketika pertama kali menempati rumah sendiri dari hasil jerih payah berdua. Dan setiap perjuangan insya Allah pasti ada akhir yang manis. Sebagaimana pepatah: berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Jika Kita Beriman, Inilah Yang Kita Dapat Dari Nikah
Jadi, jangan harap pernikahan itu isinya happy terus. Karena hidup ini isinya perjuangan. Ada lapang dan sempit, sehat-sakit, dsb. Dan semua itu dilimpahi pahala jika niatnya sebagai ibadah. Orang beriman selalu mendapat kebaikan berupa pahala, baik dalam keadaan senang maupun susah. Itulah yang harus dipahami generasi muda.
Sebab ketujuh, Muncul istilah: Nikah Standar TikTok
Terpapar medsos dan selalu mematok medsos sebagai standar. Sampai-sampai muncul ungkapan: pasangan standar TikTok. Padahal tiap pasutri punya perjuangannya sendiri. Tak bisa dibanding-bandingkan.
Gunakanlah pemberian Tuhan yang ada pada kita sebagai bekal meniti rumah tangga bersama pasangan halal kita. Jangan membanding-bandingkan nikmat orang lain dengan diri kita. Tiap orang sudah ada jatahnya masing-masing.
Jika kita mampu gunakan nikmat yang ada untuk kebaikan, Allah pasti menambah nikmatNya. Itulah yang dinamakan Syukur.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka Kami pasti akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesuangguhnya azabKu amat pedih.’” (QS. Ibrahim 7).
Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Lulusan SMP dan Lulusan D3
Foto: pixabay