Jodoh Harus Dicari Atau Datang Sendiri | Solusi Jomblo

jodoh harus dicari atau datang sendiri lebah bunga

Jodoh harus dicari atau datang sendiri sih? Mungkin pertanyaan ini memenuhi pikiran para jomblo. Ada beberapa sebab yang menyebabkan para lajang makin bingung dengan pertanyaan jodoh harus dicari atau datang sendiri.

Apakah jodoh harus dicari atau datang sendiri akan menjadi pertanyaan para single. Benak mereka penuh dengan dua pertanyaan ini. Lantas bingung mau ambil jalan yang mana.

Di bawah ini beberapa alasan para jomblo bingung dengan pikirannya sendiri, apakah jodoh harus dicari atau datang sendiri.

Alasan pertama

Pikiran kaum muda atau para jomblo itu akhir-akhir ini dibentuk oleh merebaknya drama korea (drakor). Maraknya tayangan drakor di aplikasi film memberi kesan bahwa romantika pria dan wanita terbangun dengan cara-cara yang unpredictable.

Drama korea menyuguhkan romantisme yang begitu spontan. Sehingga hal ini memberi kesan bahwa jodoh datang sendiri tanpa suatu usaha tertentu. Romantika drakor begitu dramatis sehingga membuat para jomblo punya ekspektasi yang tinggi terhadap urusan jodoh.

Padahal dalam kenyataannya, jodoh tidak datang begitu saja. Seperti halnya nafkah. Jika tidak berusaha dengan bekerja, maka rezeki tidak datang tiba-tiba.

Alasan kedua

Pertanyaan apakah jodoh harus dicari atau datang sendiri biasanya muncul karena para jomblo itu terlalu nyaman hidup sendiri. Lebih suka mager alias malas gerak. Mereka kurang aktif dalam bersosialisasi di alam nyata.

Alasan ketiga mengapa jomblo bingung apakah jodoh harus dicari atau datang sendiri

Di era media sosial saat ini semakin membuat para single untuk lebih asyik dengan gadget-nya. Kalau ditanya mengapa hanya diam di kamar saja atau mengapa tidak bergaul dengan teman? Mereka menjawab: justru kawan saya banyak di Facebook atau Instagram atau tiktok maupun WhatsApp.

Mereka mengklaim teman mereka banyak di medsos. Dengan begitu, mereka punya ekspektasi bahwa nanti jodohnya berasal dari medsos.

Padahal kenyataannya tidak semudah itu. Boleh saja para jomblo itu mengklaim banyak temannya di medsos. Namun, kalau mau dipilah, berapa persen yang memang mau serius dengan kita tentu tidak banyak.

Kalau mau jujur, kaum muda milenial ini memang banyak temannya di medsos namun sejatinya sedikit yang berkualitas. Tidak banyak yang benar-benar bisa jadi teman curhat ataupun lawan jenis yang benar-benar serius untuk menuju proses pernikahan yang baik.

Baca juga: Testimoni taaruf Ngaji Jodoh, Antara Nanda Dan Rizal

Alasan keempat mengapa para single bingung tentang jodoh

Karena adanya ungkapan: kalau memang jodoh, tidak akan kemana (pasti akan datang). Sebenarnya ungkapan ini tidak salah sama sekali. Hanya saja, sebagian besar kita salah dalam merespon ungkapan ini.

Maksud dari kalau memang jodoh (maka) tidak akan kemana adalah bagaimana pun manusia berusaha, jika Allah takdirkan si dia berjodoh, pasti akan jalan untuk bertemu. Nah, di sini ada usaha manusia untuk menempuh jalan jodoh.

Kan tidak mungkin jodoh tiba-tiba muncul di depan rumah kita tanpa ada sebab-sebab yang mendahuluinya. Ungkapan kalau memang jodoh (maka) tidak akan kemana merupakan bagian dari rukun iman: iman kepada takdir, termasuk di dalamnya ada perkara ajal dan rezeki.

Dan takdir itu adalah 100 persen menjadi bagian Allah, sedangkan bagian manusia hanyalah berusaha dan berdoa kepada Allah agar diberi jalan yang baik.

Baca juga: Cara Mencari Jodoh | Menurut Kaidah Islam

Jawaban apakah jodoh harus dicari atau datang sendiri

Ada kisah fiksi untuk menjawab pertanyaan ini. Alkisah, ada banjir besar melanda sebuah desa. Air sampai menggenap di atap rumah. Para warga harus naik di genteng rumahnya sambil menunggu bantuan datang.

Seorang nenek berdoa kepada Tuhan agar mendatangkan pertolongan kepadanya. Tak lama berselang, perahu karet yang dikemudikan seorang relawan yang berseru kepada si nenek, “Ayao Nek, ikut kami.”

Di luar dugaan, sang nenek tidak mau ikut perahu karet seraya berkata, “Aku sudah berdoa kepada Tuhan agar mendapat pertolongan-Nya. Aku hanya menunggu pertolongan Tuhan.” Sang nenek begitu percaya diri bahwa nantinya Allah akan memberinya pertolongan secara langsung.

Perahu karet pun berlalu. Kemudian tak lama datanglah seorang nelayan dengan sampan kecil untuk membantu sang nenek. Lagi-lagi, sang nenek tak mau ikut dengan alasan yang sama.

Perumpamaan tentang jodoh harus dicari atau datang sendiri

Singkat cerita, sang nenek pun wafat terbawa banjir besar. Kemudian di akhirat, Tuhan berdialog dengan sang nenek. Tuhan mempertanyakan sikapnya. “Mengapa kamu tidak mau ikut perahu karet maupun sampan yang hendak menolongmu sebelum kamu mati?”

Sang nenek menjawab, “Hamba terus menunggu pertolonganmu ya Tuhan.”

Tuhan pun menjelaskan, “Perahu karet dan sampan itu adalah pertolonganKu yang kukirimkan kepadamu. Dua penolong itu menghampirimu dengan kuasa-Ku. Mengapa kamu tidak menyadari tanda-tanda dariKu?”

Begitulah gambaran kasih sayang Allah kepada seorang hamba. Bisa jadi Allah telah memberi sinyal-sinyal jodoh kepada kita. Sayangnya, banyak hamba tidak peka untuk menangkap sinyal-sinyal Tuhan.

Sebagian jomblo tidak cermat membaca tanda-tanda yang baik yang ada di sekelilingnya. Padahal tidak ada satupun urusan yang terjadi di semesta ini kecuali terjadi atas izin Tuhan.

Solusi bagi para jomblo

Pertama

Yang pertama adalah meluruskan niat untuk menikah bahwa ini adalah ibadah dengan tujuan menambah kebaikan bagi diri dan pasangannya kelak. Karena niatnya ibadah, maka cara yang dipakai untuk mencari jodoh harus sesuai ajaran agama.

Tanpa agama, manusia akan tersesat. Seperti perempatan jalan yang ramai tanpa traffic light. Pasti kacau dan terjadi kecelakaan.

Kedua

Kedua, jodoh itu seperti rezeki, jika tidak berusaha tidak akan turun dari langit begitu saja. Maka, perbanyaklah silaturahim. Ingat, silaturahim itu artinya berkunjung bukan sekadar chat atau telepon saja.

Kepada siapa seharusnya kita silaturahim? Yang paling utama adalah keluarga sendiri. Bahkan banyak single yang merantau jauh sehingga jarang silaturahim dengan keluarga sendiri.

Berikutnya, adalah silaturahim kepada kerabat ayah dan kerabat ibu. Karena di antara kerabat ayah itu bisa jadi wali nikah para muslimah jika ayah sudah tiada.

Baca juga: Siapa saja Yang Bisa Jadi Wali Nikah dan Ternyata tugasnya bukan hanya ucapkan ijab

Karena menikah itu adalah pertemuan dua insan dan dua keluarga besar. Maka libatkanlah keluarga jika ingin meraih pernikahan yang baik. Jangan lupa juga silaturahim dengan orang-orang shalih seperti guru ngaji, ustadz, atau kyai. Harapannya, mereka membantu mengenalkan dengan jodoh orang yang sholeh pula.

Bukankah kita ingin mencetak anak-anak yang sholeh di kemudian hari? Maka kita pun harus berusaha sholeh dan berakrab dengan orang sholeh.

Ketiga

Terakhir, perbanyaklah amal ibadah dan sedekah sebagai wasilah/sarana mendekatkan diri kepada Allah. Semoga dengan wasilah itu menjadi sebab-sebab yang baik terkabulnya doa-doa kita. Semoga.

Baca juga: Tips Samawa Dari Pebisnis, Alumni Ngaji Jodoh

Foto: pixabay

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *