Weton Jodoh dan Rejeki | Catatan Kritis dan Logis
Weton jodoh dan rejeki masih banyak diyakini masyarakat. Meski zaman sudah modern, namun keyakinan akan perhitungan kalender Jawa kental di etnis Jawa. Di era serba digital saat ini pun kepercayaan untung rugi berdasar weton marak dipakai acuan.
Sebagai orang yang berakal sehat, mari kita sama-sama melakukan analisis kitis dan logis. Apakah patokan weton ini bisa diterima logika dan akal sehat? Mari kita ulas.
Catatan Pertama weton jodoh dan rejeki
Masih banyak orang -di dekade 2020an- yang meyakini weton jodoh dan rejeki ini sebagai patokan keberuntungan dan keburukan. Buktinya, masih sering kita jumpai -khususnya di Pulau Jawa- acara pernikahan digelar pada hari aktif. Yaitu Senin hingga Jumat.
Padahal, yang namanya hajatan kan pasti mengundang banyak orang. Harapannya banyak yang hadir dan banyak yang bersenang-senang dalam pesta itu. Namun, apa daya jika keyakinan weton dan rejeki masih kuat dipegang dan hasil perhitungan weton tertanggal pada hari aktif?
Maka, bisa dipastikan tidak 100 persen yang hadir akibat masih banyak orang yang bekerja di hari itu dan tidak dapat hadir pada resepsi itu.
Padahal, sebenarnya sangat banyak yang ingin hadir di acara yang berbahagia itu. Apalagi jika ada kerabat yang jauh dan sudah lama tidak bertemu. Namun apa daya jika tidak digelar di hari libur atau akhir pekan.
Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Cara Allah Mempertemukan Jodoh
Catatan kedua
Jika dipikir secara kritis, apakah ada jaminan beroleh Sakinah mawaddah wa rahmah jika sebuah pernikahan digelar dengan patokan weton jodoh dan rejeki?
Apakah weton jodoh dan rejeki ini jadi faktor paling signifikan terhadap kelanggengan sebuah pernikahan? Tentu tidak ada satu orang pun bisa menjawab jaminan ini.
Para konsultan pernikahan yang kredibel pasti tidak akan memasukkan aspek weton jodoh dan rejeki dalam faktor penentu kemesraan pasutri.
Jika dinalar secara logis, faktor-faktor signifikan yang menjadikan sehatnya ikatan pernikahan antara lain sikap hormat (respek) satu sama lain, bertanggung jawab (komitmen tinggi), sabar/telaten, pemaaf, jujur, terbuka, mau belajar, komunikatif, dan masih ada lainnya.
Para pasutri senior dan penasihat perkawinan pasti sepakat dengan pentingnya faktor-faktor ini dalam melanggengkan hubungan perkawinan. Dan mereka semua juga pasti sepakat bahwa weton jodoh dan rejeki tidak memberi manfaat maupun mudharat sedikitpun pada pasutri mana pun.
Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Nyaris Batal Lamaran Karena Problem Keluarga
Catatan ketiga, weton jodoh dan rejeki
Dalam banyak media rilis diberitakan bahwa Indonesia punya statistik perceraian yang tinggi. Misalnya, di Kabupaten Blitar tercatat 3.454 putusan cerai sepanjang 2023 lalu.
Ini mengalami peningkatan, pada kurun Januari-September 2019 tercatat 3.255 putusan cerai di Pengadilan Agama Blitar, Jawa Timur. Hal ini menjadi keprihatinan kita semua. Di satu kota pun begitu besar angka disharmoni keluarga.
Dan ini menunjukkan betapa masyarakat Indonesia sangat membutuhkan pematangan pranikah dan pendampingan keluarga. Ini menjadi peran para ulama dan penasihat keluarga yang notabene mayoritas keluarga muslim di Indonesia ini.
Tingginya diharmoni keluarga ini membuat kita merenung, apakah weton jodoh dan rejeki -yang begitu banyak dijadikan patokan utama- masih relevan menjadi faktor penting baik buruknya rumah tangga? Ini harus menjadi muhasabah kita semua.
Baca juga: Testimoni taaruf Ngaji Jodoh, Pernah Trauma Batal Nikah Jelang Hari H
Catatan keempat
Seorang muslim sejati menyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah saja yang mampu melindungi dan melimpahkan kasih sayang kepada hamba-hambaNya.
Tak ada yang mampu memberi bahaya/mudharat tanpa izin Allah. Juga tak ada yang sanggup memberi manfaat jika Allah tidak mengizinkannya.
Alam semesta ini dalam kuasa Allah dan tunduk pada ketetapanNya. Allah Swt punya kekuasaan mutlak dan Allah tidak mau ada campur andil makhluk dalam memberi manfaat hidup bagi makhluk.
Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Anak Punk Ikut Taaruf
Hari Untung & hari Sial Dalam Pandangan Islam
Kepercayaan untung rugi atau sial-hoki pada weton telah merusak keimanan manusia. Bagi mukmin yang iman yang bersih dan murni, semua di alam ini dimintakan rahmat dan kasih sayang dari Allah.
“Kepada Allah saja kita beribadah dan kepada Allah semata kita memohon pertolongan.” (QS. Al Fatihah 5).
Keyakinan hari tertertu dianggap lebih selamat/hoki dan hari lain membawa keburukan disebut tathoyur dan termasuk syirik yang berdosa besar dan tak terampuni jika dibawa mati. Keyakinan tathoyur merupakan penghinaan terhadap kekuasaan Tuhan.
Dalam hadits qudsi, Allah berfirman, “Anak Adam menyakitiKu, dengan dia yang mencela masa/waktu, padahal Akulah (Pengatur) waktu, di tanganKu-lah segala urusan. Akulah yang membolak-balikkan siang dan malam.” (HR. Bukhari 6937 & Muslim 4166).
Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Lulusan Perguruan Tinggi Vs Lulusan SMP
Foto: pixabay