Penghalang Jodoh dalam Islam | Suudzon kepada Allah, Kok Bisa?
Di antara penghalang jodoh dalam Islam yang sering terjadi adalah sikap buruk sangka atau suudzon. Jika kita sering buruk sangka dengan orang lain, bisa jadi itu jadi penghalang jodoh.
Terlalu mudah suudzon
Misalnya ada orang bercanda dengan kamu dengan mengatakan, “Ngapain saja selam ini kok gak segera menikah?” Lantas jangan kita langsung kita menyangka dia menghina kita.
Kadang kita menggerutu, “Ah dasar.” Atau kita mengatakan, “Terserah gue lah.” Dan kita menyangka candaan dan ledekan orang itu sebagai hinaan. Bisa jadi candaannya itu mengandung saran dan masukan.
Lebih baik kita respon, “Maaf, selama ini memang aku sibuk kerja sampai tidak sempat urus jodoh.” Atau sekalian kita minta masukan dan rekomendasi ke mereka. Bilang saja, “Bantu dong. Kenalkan kek atau ajak saudaramu yang masih single kenalan sama aku. Siapa tahu cocok, ya kan.”
Sikap suudzon itu tidak hanya kepada orang lain. Bisa juga adanya sikap suudzon kepada diri sendiri? Kok bisa? Jika kita terlalu sering pesimistis, itulah bentuk suudzon pada diri sendiri.
Misalnya, “Aku gak bisa hidup kalau jauh dari Surabaya.” Inilah bentuk suudzon. Kata siapa kita tidak bisa hidup jauh dari tempat asal kita. Itu jika diasumsikan kita orang asalnya Surabaya dan tinggal di Surabaya bersama orang tua kita.
Maka tak ada gunanya menyimpan dendam. Seperti Yusuf kecil tak peduli dengan kejahatan kakak-kakaknya. Ia langsung berpikir cara keluar dari sumur. Langsung saja memikirkan dan berusaha
Kan bisa saja kamu menikah dengan orang yang bekerja di luar kota lalu kamu ikut pasangan setelah menikah. Ada kok misalnya perempuan yang menikah dengan pria TNI/Polri yang ditugaskan di luar Jawa. Ada pula yang menikah dengan pekerja industri di luar provinsi bahkan luar negeri.
Bukankah bumi Allah itu luas? Bisa jadi calon psangan kita bekerja di luar kota atau luar provinsi. Ada pula yang luar negeri. Karena itulah sikap suudzon ini jadi halangan. Inilah salah satu penghalang jodoh dalam Islam. Yakni sikap suudzon.
Beberapa perempuan peserta Ngaji Jodoh ada yang menikah dengan suami Polri lalu tugas di Maluku dan si istri ikut serta menemani suaminya. Ada yang TNI tugas di Gorontalo. Semua itu bukan masalah, yang penting sama-sama ridha dan siap membangun mahligai rumah tangga di tempat tugas.
Baru-baru ini ada pria single usia 31 tahun mengajukan permohonan taaruf. Dia berasal dari Sumenep dan sudah dua tahun bekerja di bandara Abu Dhabi. Statuskerja sudah karyawan tetap bukan kontrak. Dia berharap mencari wanita orang Jawa Timur yang siap diboyong ke Jazirah Arab menemani suami.
Sikap suudzon atau pesimistis ini juga berupa suudzon dengan kriteria pasangan kita. “Aku gak bisa menerima kalau bukan lulusan S1.” Ini juga jadi halangan. Atau harus pasangan yang pekerjaannya ini itu.
Padahal sejak pandemi Covid-19 dan di era digital ini, bekerja bisa dari rumah, bisa hari warkop atau bisa dimana saja. Tidak harus kantor atau perusahaan. (Baca juga: Jodoh Tak Kunjung Datang | Coba 5 Tips Ini)
Jangan Sampai Suudzon Kepada Allah, Begini Maksudnya
Suudzon paling parah adalah berburuk sangka kepada Allah, sang pemberi segala sesuatu. Bagaimana suudzon kepada Allah? Bila kita menyangka Allah tidak juga menganugerahkan jodoh. Mengira Allah tidak adil, mengapa kita tak kunjung diberi jodoh?
Padahal Allah berdasarkan sangkaan hamba-Nya. “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku…,” begitu hadits Qudsi dari Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan Abu Hurairah.
Lebih baik kita evaluasi diri dan mengingat-ingat selama ini sudah berapa kali orang lain menawarkan calon pasangan kepada kita? Bisa jadi itu bentuk pertolongan Allah yang kita abaikan begitu saja. Itulah salah satu penghalang jodoh dalam Islam.
Cobalah instropeksi diri berapa kali ada calon yang mau dikenalkan kepada kita lalu kita mengabaikannya atau kita menampiknya dengan berbagai alasan? Sangat mungkin itulah sinyal dari Allah yang rupanya enggan kita rengkuh. Wallahu a’lam.
Toh jodoh itu rahasia Allah. Kita tak pernah tahu kecuali setelah kita berusaha menggapainya. Jika usaha kita berhasil, alhamdulillah itu jodoh kita. Jika gagal, maka bisa jadi Allah siapkan yang lebih cocok bagi kita nantinya.
Jangan jadikan takdir sebagai pembenar pesimistis kita. Karena takdir itu urusan Allah, sedangkan urusan kita hanya usaha dan doa.
Penghalang jodoh dalam Islam, sering meremehkan orang
Jangan mudah-mudah meremehkan orang lain. Bisa jadi usulan dan nasihat mereka itu jadi salah satu jalan jodoh kita. Karena Allah tidak akan menurunkan pertolongan melainkan melalui sebab-sebab dari makhluk-Nya.
Ada sebab datangnya jodoh itu berasal dari orang yang terpandang. Ada juga bahkan sebab itu hadirnya dari orang yang bersahaja. Karena jodoh itu misteri ilahi. Kita tak pernah tahu.
Perkara misteri akan jadi suatu hal yang mengasyikan tergantung kita menilainya. Ibarat kamu menonton film. Kenikmatan menonton film adalah ending-nya sulit ditebak. Kita menikmati ketegangan dan penasarannya itu. Untuk nonton film jika sudah tahu bagaimana akhir kisahnya. Gak seru.
Begitu pula jodoh. Jangan mudah meremehkan usulan dan saran orang lain yang bisa jadi bukan dari orang yang disegani. Bisa jadi ada tetangga sebelah rumah, ada satpam kantor, ada ibu-ibu penjual nasi pecel bahkan bisa jadi ada abang ojek online.
Simak saja masukan mereka dan renungkan baik-baik. Perkara berjodoh atau belum, yang penting kita sudah berusaha. Yang penting kita sedang menikmati prosesnya seperti menikmati film. (Baca juga: Cara Mencari Jodoh | Menurut Kaidah Islam)
Sulit move on
Di antara penghalang jodoh dalam Islam adalah sulit melepaskan masa lalu. Kita ambil suatu ilustrasi. Sulit move on itu ibarat luka di kaki akibat duri. Jika kita ingin bisa berjalan lagi atau bahkan ingin berlari, maka kita harus mencabut duri itu. Lalu mengobati kaki kita.
Jika kita biarkan duri itu tertancap di kaki, maka kita tak akan bisa berjalan dengan baik, apalagi berlari. Sulit move on itu ibarat kita menbiarkan duri itu tetap di kaki kita. Sehingga kita tidak bisa segera melangkah, tak akan bisa berlari menjemput jodoh.
Jika kamu pernah merasa disakiti seseorang di masa lalu. Atau kamu sulit melupakan si dia karena ditinggal pergi atau ditinggal wafat. Maka itulah ujian bagi kita. Apakah kita sudah siap untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
Karena masa depan itu lebih baik dari masa lalu. Begitulah Allah memberi motivasi kita. “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik dari yang sekarang” (QS. Adh Dhuha 4).
Dan bisa jadi Allah memberi ganti yang lebih baik bagi kita di masa mendatang. “Mudah-mudahan Tuhan memberi ganti kepada kita dengan yang lebih baik daripada ini…” (QS. Al Qalam 32).
Berharap yang sempurna
Nobody is perfect. Begitulah kehidupan ini. Tidak ada manusia yang sempurna. Jangan berharap yang yang perfect. Karena tiap orang punya sisi manis dan pahit. Yang kita butuhkan itu bukan yang sempurna tapi yang mau menerima kekurangan kita.
Salah satu penghalang jodoh dalam Islam adalah terlalu sibuk mencari sosok yang sempurna. Sehingga menyulitkan kita melangkah.
Yang penting si dia komitmen pada kewajiban agama dan bertanggung jawab, maka insya Allah itu sudah bekal yang baik. Lalu jalanilah dan sempurnakan sambil jalan.
Bagaimana dengan cinta? Cinta itu bisa ditumbuhkan dalam balutan pernikahan. Kenali sebelum akad, lalu tumbuhkan cinta setelahnya. Insya Allah nanti Allah Swt. akan menumbuhkan cinta pada kita berdua.
“Dijadikan-Nya di antara kamu rasa mawaddah wa rahmah” (QS. Ar Rum 21). Lalu tugas kita adalah menyuburkan cinta itu jangan sampai layu. (Baca juga: Ciri Calon Suami Yang Baik Menurut Islam)
Penghalang jodoh dalam Islam, memendam trauma dan dendam
Dendam itu menimbulkan penyakit hati. Perasaan kita akan selalu diliputi gelisah. Maka, kalau sudah siap untuk mencari jodoh, maka lupakan saja dendam dan trauma itu. Maafkan saja. Tak ada gunanya.
Kita fokus menatap masa depan. Masa lalu itu hanya dipakai sebagai pelajaran bukan sebagai penghalang.
Coba kita tanya diri sendiri. Apakah kamu pernah dibuang ke dalam sumur ketika masih usia kanak-kanak? Tentu tidak kan? Bagaimana Nabi Yusuf itu sejak kecil dimusuhi kakak-kakaknya sehingga dia harus dibuang ke dalam sumur yang gelap. Waktu itu dia masih kecil dan tak tahu apa-apa.
Namun di dalam sumur, Yusuf tidak memikirkan bagaimana caranya balas dendam. Dia hanya berpikir bagaimana caranya keluar dari sumur dan cari selamat.
Maka tak ada gunanya menyimpan dendam. Seperti Yusuf kecil tak peduli dengan kejahatan kakak-kakaknya. Ia langsung berpikir cara keluar dari sumur. Langsung saja memikirkan dan berusaha cara menunaikan ibadah yang agung yang bernama menikah.
Karena menikah itu ibadah yang paling lama dan tentu pahalanya paling banyak. Tentu jika niatnya benar dan dilakukan secara ikhlas karena perintah Allah.
Kembali ke tulisan: Penghalang Jodoh | 8 Kendala Yang Harus Disingkirkan
Foto: pixabay