Pendapat tentang cewe matre
Benarkah bahwa (pada dasarnya) banyak pendapat tentang cewe matre? Atau itu hanya pendapat sebagian pria saja yang belum mampu memenuhi keinginan pasangannya?
“Sebenarnya tidak pernah benar-benar ada definisi cewek matre. Yang sebenarnya ada itu cewe berfikir realistis. Realistis tentang kehidupan dan spesifiknya tentang ‘kebutuhan.’ Zaman ibu, nenek, buyut bahkan leluhur kita dulu tidak ada cewe matre. Pendapat tentang cewe matre ini muncul dari pria yang tidak mampu memenuhi keinginan perempuannya yang melebihi kebutuhannya.”
Demikian pendapat salah satu teman penulis, sebut saja Bunda HP.
“Materialistis itu kan menilai sesuatu dengan materi. Tidak ada yang salah ‘kan. Coba lihat orangtua dulu yang ketika menilai calon suami untuk anak perempuannya itu dari bibit, bebet, dan bobot.”
Baca juga: Yang Mandang Fisik itu Cewe apa cowo?
Pendapat tentang Cewe Matre, Menurut Islam Begini
“Semata-mata bukan sekadar menilai calon suami untuk si anak dari kemampuan finansialnya, namun itu dilakukan oleh para orangtua karena tidak ingin anak gadis kesayangannya tidak bahagia kemudian sengsara ketika dia sudah menikah,” lanjut Jeng HP.
Bagi seorang muslimah yang hendak memilih pasangan idaman, ada satu kriteria yang penting juga diperhatikan. Yaitu calon suami memiliki kemampuan untuk memberi nafkah, yang merupakan kewajiban seorang suami.
Islam telah menjadikan sikap menyia-nyiakan hak istri, anak-anak serta kedua orang tua dalam nafkah termasuk dalam kategori dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud. Al Hakim berkata bahwa sanad hadits ini shahih).
Wanita Bersikap Matre, Mitos Atau Fakta?
Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membolehkan bahkan menganjurkan menimbang faktor kemampuan memberi nafkah dalam memilih suami. Seperti kisah pelamaran Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha:
Fathimah binti Qais radhiyallahu anha berkata, “Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, ‘Sesungguhnya Abul Jahm dan Mu’awiyah telah melamarku.’”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Adapun Mu’awiyah adalah orang fakir, ia tidak mempunyai harta. Adapun Abul Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak merekomendasikan Muawiyah radhiyallahu ‘anhu karena miskin. Maka ini menunjukkan bahwa masalah kemampuan memberi nafkah perlu diperhatikan.
Baca juga: Kenapa Wanita Sulit Move On?
Pendapat Tentang Wanita Matre, Apa Sih Tujuan Dari Pernikahan?
Namun kebutuhan akan nafkah ini jangan sampai dijadikan kriteria dan tujuan utama. Jika sang calon suami dapat memberi nafkah yang dapat menegakkan tulang punggungnya dan keluarganya kelak itu sudah mencukupi.
Karena Allah dan Rasul-Nya mengajarkan akhlak zuhud (sederhana) dan qana’ah (mensyukuri apa yang telah Allah dikaruniakan) serta mencela penghamba dan pengumpul harta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di bawah ini.
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah dan celakalah hamba khamilah. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.” (HR. Bukhari).
Maka dalam Islam tidak ada pendapat tentang cewe matre. Seorang perempuan yang siap untuk berumah tangga dia juga sudah mempunyai visi pernikahan dan mengharapkan memiliki pasangan yang mampu menafkahinya dengan baik dalam rumah tangganya.
Agama apapun tidak menyukai segala sesuatu yang berlebih-lebihan. Termasuk pendapat tentang cewe matre.
Sikap Matre Yang Merusak Moral
Munculnya pendapat tentang cewe matre akan muncul dari pergaulan bebas, pergaulan tanpa etika dan menabrak aturan agama.
Ketika seorang wanita berubah wanita nakal dan menjadi pezina (pelacur), maka saat itulah ia menjadi cewe matre.
Wanita pezina akan menjadi cewe matre lalu memasang ‘tarif’ untuk ‘melayani’ syahwat para lelaki pemburu wanita pezina. Naudzubillah.
Perempuan pezina seperti inilah yang disebut cewe matre. Hubungannya dengan pria hanya dihitung sebatas materi duniawi. Semua ada tarifnya. Misalnya untuk berciuman, ada tarifnya sekian sekian. Yg lebih dari itu, tentu tarifnya lebih mahal. Astagfirullah.
Pendapat tentang cewe matre, Bisa Jadi Pemicu Praktik Korup
Penulis punya pendapat tentang cewe matre yang bukan wanita pezina, mereka perempuan baik-baik namun seringkali sikapnya berlebihan. Dalam bahasa agama disebut sikap ghuluw (bersikap ekstrem atau melampaui batas).
Allah mengingatkan, “…Makanlah dan minumlah dan janganlah berlebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. Al A’raf 31).
Orang yang ghuluw akan menuntut lebih di luar kemampuan finansial pasangan atau suaminya dan memiliki sifat yang tidak memotivasi.
Tetapi mereka cenderung menyalahkan serta tidak mau tahu batasan atau kendala yang dihadapi pasangan atau suaminya.
Banyaknya perbuatan korupsi atau kecurangan oleh pejabat/tokoh pun acapkali atas desakan istri yang bersikap ghuluw atau ishraf (berlebihan dan berfoya-foya).
Begini Sikap Nabi Ketika Istrinya Menuntut Lebih Soal Harta
Di masa Nabi Muhammad, pernah ada peristiwa ketika para istri Nabi secara Bersama-sama meminta tambahan nafkah.
Sedangkan Nabi saw sudah sibuk dengan urusan perjuangan Islam, tidak ada waktu untuk menambah income. Hanya makan dan minum seadanya. Hidup sederhana. Namun, beberapa istri menuntut lebih banyak.
Nabi pun sempat merenung dan menyendiri selama 29 hari di sebuah kemah. Tidak mengunjungi istrinya satu pun. Nabi memohon petunjuk Allah agar tuntutan nafkah tambahan ini bisa diatasi.
Lalu Allah menurunkan ayat-ayatnya. “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, ‘Jika kalian menginginkan kehidupan duniawi dan segala perhiasannya, maka marilah kuberikan kepadamu mut’ah (hadiah) lalu aku ceraikan kalian dengan cara yang baik (yang tidak menyakiti atau menghinakan.’” (QS. Al Ahzab 28).
“Jika kalian menghendaki (keridhaan) Allah dan rasulNya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja berbuat baik di antara kalian (dengan) pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab 29).
Baca juga: Testimoni taaruf Ngaji Jodoh, Lulusan SMP dan Lulusan D3
Dalam Urusan Harta, Begini Sikap Istri Yang Baik
Di sisi lain, istri yang baik akan memotivasi dan mendukung karir pasangan atau suaminya sampai ke puncak dengan penuh kehati-hatian berpegang pada aturan agama, etika dan moral.
Dia tak mau suaminya menerima harta haram atau harta yang masih syubhat (serba samar dan berisiko dosa/curang).
Ia berharap nanti dialah yang paling berhak untuk menikmati apa yang telah diusahakan oleh suaminya dengan jalan yang halal dan thoyib. Wallahu a’lam bishowab.
Penulis: Lulusianna Yuliartiek, penggiat literasi Rumah Baca Adiba Bogor
Editor: Oki Aryono
Baca juga: Testimoni taaruf, Pernah Trauma karena gagal nikah jelang hari H
Foto: pixabay