Takut Susah?

takut susah

Oleh: Ma’mun Affany, Penulis Novel Gadis 12 Rakaat, Founder NgajiJodoh

Ngajijodoh.com – Saya pernah menemukan seorang perempuan yang enggan tinggal berdua bersama suaminya, tapi juga tidak ingin berpisah. Alasannya sederhana, takut tidak dinafkahi.

Ia memiliki trauma, karena dulu pernah hidup bersama tapi tidak diberi nafkah. Sehingga lebih baik hidup bersama orang tuanya. Kalau ada kesulitan, masih bisa makan.

Ada dua sisi yang harus kita lihat dari kejadian di atas. Pertama, suami tidak sadar bahwa kewajiban sebagai seorang laki-laki adalah menafkahi istrinya.

Sisi kedua, istri tidak mau hidup susah. Sehingga enggan untuk komunikasi lebih lanjut dan lebih baik pergi. Ingin hidup nyaman.

Baca juga: Pahala Menikah itu Apa Saja? 

Menikah dengan Bujangan? Bersiap Mulai Dari Nol

Ini gambaran yang sering terjadi akhir-akhir ini dalam berumah tangga, imbasnya layar pantang berkembang meski belum mengarungi samudera kehidupan panjang.

Ada pameo yang mengungkapkan, kalau Anda mendapatkan laki-laki bujangan, Anda harus siap bersusah payah dengannya karena masih belum mapan.

Tapi kalau Anda mendapatkan laki-laki duda yang sudah mapan, Anda harus siap dianggap hanya menginginkan hartanya.

Artinya keduanya tetap memiliki risiko. Tidak ada yang tanpa risiko. Tapi persoalannya adalah, yang gadis ingin hidup dengan bujang yang sudah mapan, sehingga bisa hidup senang dan tinggal update Instagram seperti di dongeng-dongeng media sosial.

Padahal yang bujang ketika menikah masih merangkak mencari pekerjaan. Lalu titik temunya di mana?

Tiap Pasutri Pasti Merasakan Ujian Rumah Tangga

Mari kita menelaah surat Al Ankabut ayat 2 yang artinya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Jawabannya di ayat berikutnya, “Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Dengan kata lain, kita semua dicemplungkan dalam ujian-ujian agar diketahui mana yang sesungguhnya beriman atau berdusta.

Begitu juga dalam keluarga. Tidak mungkin tidak ada masalah. Selalu ada masalah. Setiap hari, setiap jam, setiap detik. Hanya untuk mengetahui kesetiaan, keeratan cinta kita kepada pasangan.

Oleh sebab itu harus dimulai dari memahami kewajiban. Suami wajib mencari nafkah, dan ketika berkeluarga, jangan sekali-kali memikirkan dirinya sendiri. Masih ingin jalan-jalan sendiri, masih ingin hidup nikmat sendiri. Sudah berdua, maka harus berpikir bagaimana pasangannya.

Sudah Nikah Jadi Pusing, Bujangan Juga Merasakan Pusing, Kok Bisa?

Saya bahkan pernah bertanya kepada penjual tahu goreng di pinggir jalan setelah cerita tentang susahnya ekonomi sekarang, “Mas, setelah nikah kita pusing ya… Nyari uang susah.”

Jawaban penjual tahu luar biasa, “Gak nikah juga pusing Mas. Bedanya, kalau sudah nikah, ada seseorang yang kita perjuangkan.”

Apa yang dikatakan penjual tahu goreng itu benar. Kita memperjuangkan orang. Apalagi sebagai ayah, kita sedikitpun tidak lagi memikirkan diri sendiri. Tapi sudah berpikir bagaimana anak kita. Update status, tidak sempat.

Istri juga harus paham, posisinya sebagai ratu, bukan berarti hanya duduk di singgasana. Suami sedang berperang, istri di rumah juga harus menjaga istana. Sama-sama berjuang. Atau bila perlu, istri ikut bertempur di medan perang.

Karena itu sangat banyak perempuan yang mungkin dulunya jadi putri kecantikan, saat berumah tangga jadi tampak kusam. Semua sedang berjuang.

Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Anak Punk Ikut Taaruf

Inilah Makna Bahagia Sebagai Pasutri

Berarti berumah tangga tidak enak? Arti kebahagiaan rumah tangga berbeda dengan arti umum. Dulu sebelum berkeluarga, bahagia itu beli hp baru, tapi setelah berkeluarga, bahagia itu bisa melihat anak makan bakso enak.

Karena itu berpikirlah, bahwa hidup berkeluarga berarti kita melepaskan diri kita dan berlatih memikirkan orang lain. Selama kita masih berpikir untuk diri kita sendiri, kita tidak akan bisa berada di satu titik temu.

Baca juga: Testimoni Taaruf Ngaji Jodoh, Ada Yang Pernah Trauma Batal Nikah jelang Hari H

Foto: pixabay

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *