Alasan Menikah Bulan Syawal

alasan menikah bulan syawal

Ada beberapa alasan menikah bulan Syawal. Walaupun sebenarnya menikah di bulan apapun dipersilakan. Karena para prinsipnya, Agama Islam hanya mengatur bagaimana tata cara akad nikah (syarat dan rukunnya) dan ketentuan mahram (siapa saja yang haram dinikahi).

Agama Islam tidak membatasi kapan saja akad nikah itu dilakukan. Alasan menikah bulan syawal bukan berdasarkan ketentuan Agama Islam, namun lebih pada tradisi atau kebiasaan masyarakat setempat saja.

Sejumlah alasan logis dikemukakan alasan menikah bulan syawal. Berikut ini beragam alasan menikah bulan syawal versi Ngaji Jodoh.

Alasan menikah bulan syawal, karena dalam suasana hari raya

Syawal adalah bulan yang di dalamnya terdapat Hari Raya Idul Fitri. Salah satu hari raya dalam kalender Islam ini dirayakan kaum muslimin pada tanggal 1 Syawal.

Tentu saja suasana kegembiraan ini sangat pas jika berdekatan dengan pesta pernikahan atau walimatul ursy. Memang, acara penikahan jarang yang dilakukan pada tanggal 1 Syawal. Namun, acap kali digelar pada pekan kedua dst.

Alasan kedua

Karena Syawal adalah momen silaturahim dan berkumpul keluarga. Masyarakat Indonesia punya tradisi mudik ketika bulan Syawal.

Nah, mumpung banyak keluarga besar yang pulang kampung bisa sekalian hadir ke pernikahan kerabatnya. Jika bulan selain syawal, hal ini tentu akan sulit kumpul.

Alangkah bahagianya pernikahan kita dihadiri kerabat yang jauh merantau atau keluarga yang selama ini jarang berjumpa. Sekalinya berjumpa pas nikahan dan bergembira.

Alasan Menikah Bulan Syawal, Alasan Ketiga

Alasan menikah bulan syawal karena pemerintah menetapkan libur nasional dan cuti bersama. Hari raya Idul Fitri menjadi hari besar paling penting dalam kalender umat Islam.

Sehingga pemerintah memberi libur lebih lama bagi dunia kerja dan pendidikan. Bahkan ditambah cuti bersama yang mengiringi libur tanggal merah Idul Fitri.

Di sinilah momen yang baik jika ingin menggelar acara pernikahan. Lebih besar untuk dihadiri kerabat dan teman dalam acara pernikahan kita. Karena masih suasana libur panjang.

Alasan keempat

Bulan Syawal adalah momen hari raya Islam yang kemudian oleh pemerintah Indonesia dijadikan agenda penting. Salah satunya dengan menetapkan kebijakan libur panjang, cuti bersama dan aturan tunjangan hari raya (THR).

THR menjadi banyak harapan bagi pekerja di Indonesia. Dengan begitu, bisa merayakan hari Bahagia. Salah satunya dengan menggelar acara pernikahan. Sehingga ini menjadi solusi untuk ‘menambal’ kebutuhan dana acara pernikahan.

Baca juga: Testimoni Alumni Ngaji Jodoh, Trauma gagal Nikah Jelang Hari H tapi Happy Ending

Alasan menikah bulan syawal, Islam tidak mengenal hari bagus atau hari sial

Tim Ngaji Jodoh pernah berkonsultasi dengan (almarhum) KH. Muammal Hamidy, ulama Jawa Timur (wafat 2015). Pertanyaannya: adakah hari bagus untuk menggelar hajatan atau acara pernikahan?

Beliau menjawab, “Semua hari itu baik untuk hajatan. Pilihlah hari jika mengundang orang banyak maka dengan mudah bisa hadir semua.” Kesimpulan tersiratnya: pilihlah hari libur sehingga banyak yang bisa hadir.

Jangan menggelar acara pas hari kerja atau pas tanggal hitam. Akan sedikit yng bisa hadir karena tidak bisa libur kerja atau sekolah, apalagi banyak kerabat yang di luar provinsi domisilnya.

Karena sesungguhnya Islam tidak mengenal hari buruk. Umat Islam dilarang mengutuk hari atau mengutuk waktu. Menganggap sial hari tertentu termasuk perbuatan syirik dan dosa besar.

Istilah dalam bahasa Arab: tathoyur. Keyakinan tathoyur sama dengan mengingkari rukun iman keenam: iman kepada takdir.

Bahwa apa yang terjadi di alam semesta ini adalah atas kehendak Allah. Maka,mencela waktu atau mencela hari dianggap sama dengan mencela Allah. Naudzubillah.

Mencela hari misalnya dengan mengatakan: sial banget kita hari ini atau jangan bikin hajatan di bulan Suro karena akan banyak petaka. Bulan Muharam dalam Bahasa Jawa disebut bulan Suro dan dianggap sial menggelar hajatan di bulan ini. Hal ini adalah keyakinan syirik, termasuk tathoyur dan berdosa besar jika tidak segera bertobat.

Baca juga: Jodoh Pria Surabaya Serius Menikah 2024

Dilarang Mencela Hari

Ucapan mencela waktu dinilai sebagai perbuatkan menentang Allah. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, “Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (Pengatur) waktu dan Akulah yang membolak-balikkan malam-siang.” (HR. Muslim).

Istilah tathoyur berasal dari kata thair yang berarti burung. Istilah ini diambil dari kebiasaan orang Arab zaman dulu yang menaruh burung dalam sangkar lalu dibacakan mantera-mantera lalu melepas burung itu ketika hendak bepergian.

Jika burung terbang ke arah kiri atau ke belakang, mereka mengurungkan niatnya karena dianggap hari itu akan sial. Jika terbang ke kanan, maka mereka akan berangkat hari itu juga.

Di masa Nabi Muhammad saw, kebiasaan ini masih ada. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Biarkanlah burung di dalam sangkarnya. Berangkatlah pagi-pagi dengan menyebut asma Allah.” (HR. Ahmad).

Keyakinan tathoyur termasuk menganggap hari bagus atau hari sial untuk hajatan merupakan keyakinan sesat dan berdosa.

Jangan Terpaku Weton, Bisa Syirik & Dosa Besar

Maka hendaknya muslim-muslimah dan keluarga muslim hendaknya menggelar acara pernikahan berdasarkan alasan-alasan logis dan tidak berpotensi syirik. Praktik weton (hari lahir dalam tradisi Jawa) termasuk kategori tathoyur yang harus dikikis habis.

Anjuran kami, penuhilah hari-hari menjelang pernikahan dengan zikir-zikir shahih, dengan sedekah, dengan bekerja keras, menabung, bermusyawarah dengan orang shalih dan yang paling utama: berdoa sepanjang waktu.

Janganlah disibukkan dengan menghitung weton atau zodiak para mempelai, yang semua itu dikategorikan syirik dan dosa besar.

Isilah waktu jelang pernikahan dengan amal ibadah agar beroleh pernikahan yang barakah dari Allah sebagaimana doa Nabi kepada pengantin di bawah ini.

Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama’a bainakuma fi khoir

‘Semoga Allah memberkahi engkau dalam keadaan lapang dan memberkahi dalam keadaan sempit dan menghimpun kalianberdua dalam kebaikan.’

Baca juga: Testimoni Alumni Taaruf Ngaji Jodoh: Mas Rizal dan Mbak Nanda

Foto: pixabay

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *