Anda Takut Menikah? | Antara Over Thinking Vs Realita

Anda takut menikah

Anda masih single lalu Anda takut menikah? Apakah sudah punya keinginan menikah namun belum ada keberanian untuk menikah? Atau memang belum ada keinginan untuk menikah meski usia sudah pantas menikah?

Rasa takut atau khawatir mungkin saja menghantui gen Z (kelahiran 1997 sd 2012). Kita meminjam istilah dunia peradilan/hukum: faktor-faktor yang memberatkan vs faktor-faktor yang meringankan. Di peradilan ada istilah: saksi memberatkan & saksi meringankan.

Saksi yang memberatkan itu saksi yang memperkuat dugaan bahwa terdakwa melakukan tindak pidana. Sedangkan saksi meringankan berperan memberi keterangan yang meringankan hukuman terdakwa atau bisa bebas murni.

Anda Takut Menikah? Mari Kita Ulas Apa Saja Alasannya

Di tulisan ini, faktor memberatkan adalah aspek-aspek yang membuat seseorang berat atau enggan untuk menikah.

Faktor meringankan merupakan alasan-alasan bahwa kamu layak menikah dalam waktu dekat. Kita mulai dari yang faktor yang memberatkan

  1. Kondisi keuangan dan ekonomi makro yang tidak menentu

 

  • Anda takut menikah ketika Membayangkan biaya pesta pernikahan?

Umumnya kaum muda ngeri membayangkan biaya pesta pernikahan dan pembelian mahar yang mahal. Membayangkan biaya acara resepsi dengan segala pernak-perniknya.

 

  • Standar gaji yang stagnan vs Inflasi

Di saat yang sama, taraf penghasilan tidak beranjak naik. Tertinggal jauh dengan nilai inflasi. Kenaikan harga barang dan jasa terus naik. Harga sembako, properti (rumah/kontrakan), transportasi, biaya pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

 

  • Cemas akan utang

Sudah bukan rahasia lagi bahwa masyarakat Indonesia akrab dengan utang/kredit. Apa-apa didapat dengan cara kredit alias utang.

Ekonomi Indonesia yang tidak kondusif membuat orang sering terdesak akhirnya lari ke utang. Mulai utang harian tidak resmi, hingga utang bank resmi sampai pinjaman online (pinjol).

 

  1. Trauma dengan perceraian dan konflik asmara

  • Banyak kasus perceraian

Di sejumlah kota/kabupaten, angka perceraian bisa mencapai 2 ribu kasus setahun. Ada yang sampai 3 ribu/tahun bahkan Kabupaten Garut menembus 6.000 kasus dalam rentang Januari hingga September 2025. Naudzubillah.

Anda Takut menikah karena banyak perceraian?

Dengan fakta seperti ini, bisa membuat kaum muda menjadi khawatir untuk menikah. Apalagi jika itu menimpa ayah ibunya atau kerabat dekatnya.

Semoga Allah Swt. melindungi pasangan suami istri yang masih sabar dan tabah dalam ikatan suci.

 

  • Anda takut menikah karena trauma patah hati?

Bagi yang pernah menjalani hubungan asmara sebelum menikah, acap kali mengalami trauma putus cinta. Mereka pernah merasa disakiti atau dikhianati. Anda takut menikah karena trauma masa lalu?

Yang pernah pacaran, pernah putus sehingga masih menyisakan luka batin. Sehingga enggan memulai hubungan lagi dengan lawan jenis. Apalagi hubungan yang lebih serius.

 

  1. Pengaruh dari sekularisme dan paham bebas nilai

  • Agama Bukan Dianggap lagi pedoman hidup, sebatas adat istiadat saja

Paham sekularisme memberi pengaruh bahwa nilai-nilai moral dari agama perlahan dijauhkan dari kehidupan.

Paham sekularisme berasal dari Barat yang trauma dengan kekolotan ajaran gereja yang mengekang dan korup. Ujungnya ingin bebas tanpa agama.

Manusia berusaha membuat konsep hidup tanpa menggunakan agama sebagai pedoman. Bukannya makin terarah justru makin kacau.

 

Anda Takut Menikah? Dampaknya Terhadap Negara

 

Gaya hidup bebas antara pria wanita tanpa menikah menjadikan kacau silsilah/garis keturunan. Siapa bapak dan siapa mahramnya jadi tidak jelas.

Negara yang melegalkan hubungan tanpa menikah justru mengalami resesi seks. Maksudnya, warga mudanya enggan menikah dan tak mau punya anak. Sehingga populasinya menurun drastis.

Jepang, korsel dan Eropa Barat mulai kekurangan penduduk. Banyak sekolah tutup karena kurang murid. Tenaga kerja tidak mencukupi dan pangsa pasar sepi.

 

  • Anda takut menikah karena menganggap bisa menghambat karir dan bisnis?

Anda takut menikah karena khawatir tidak berkembang? Jika yang memang menikah dianggap menghambat karir, nyatanya masih banyak sosok yang memperoleh pencapaian tinggi dalam karir dalam keadaan menikah dan berkeluarga.

Tidak sedikit orang dengan prestasi bisnis yang gemilang bahkan dimulai dari nol bersama pasangan istri/suaminya. Tokoh-tokoh hebat banyak yang memulai dari awal dan keluarganya ikut mendukung perjuangannya itu.

  • Adanya tren Solo Living

Karena makin modern, manusia mulai menganggap pernikahan sebagai beban. Bukan sebagai landasan beribadah kepada Allah dan mencari pahala.

Nikah sudah dianggap beban sehingga memilih solo living. Hidup sendiri bebas tanpa ada yang menjadi tanggungan.

 

  1. Dampak konten-konten media sosial

  • Tren Flexing

Orang-orang kaya biasa pamer gaya hidup wah. Serba enak, traveling, kuliner enak dan pamer kendaraan mewah.

Ini membentuk pandangan bahwa hidup setelah menikah harus seperti itu. Harus sempurna.

Padahal tak ada yang sempurna. Semua butuh proses untuk menjadi mencapai prestasi. Yang tampak di medsos hanya hasilnya, tapi prosesnya kita tidak pernah tahu.

  • Standar hidup ala TikTok dan medsos

Tanpa sadar, kita akan membandingkan standar hidup TikToker atau selebgram dengan hidup kita. Dan kita terjangkit FOMO, fear of missing out alias takut ketinggalan tren. Anda takut menikah karena mengidap FOMO?

Jika tidak ada revolusi mental, kita akan selalu terjebak dalam standar ala TikTok/Instagram yang tidak realistis.

 

  • Pernikahan dianggap sebagai titik akhir petualangan bukan titik awal.

Betul jika menikah dianggap penuh tanggung jawab. Tapi banyak kok yang bisa saling dukung antara pasutri menuju prestasi yang lebih cemerlang.

Secara sunnatulah, jatuh bangun dalam perjuangan sudah menjadi bagian kehidupan. Dan itu pula yang dialami tokoh-tokoh hebat di masa lalu.

Berambung ke: Faktor-faktor Yang Mendorongmu Untuk Bersemangat Menikah (alasan kamu butuh untuk menikah) 

Baca juga: Testimoni taaruf Ngaji Jodoh, Cara Allah mempertemukan Jodoh  

Foto: pixabay

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *